Senin, 28 Mei 2012

tranfer keterampilan dalam motorik


TRANSFER KETERAMPILAN
BAB I

1. Pendahuluan
1.1.  Latar Belakang
Transfer ketrampilan atau sering disebut transfer of  learning adalah kesanggupan untuk menggunakan kemampuan yang telah dimiliki untuk mengerjakan tugas-tugas baru. Sebagaimana dijelaskan oleh Drowatzky(1981)Transfer Ketrampilan akan terjadi apabila hal-hal yang akan dipelajari terdapat unsur-unsur yang sepadan . Contohnya kemampuan bermain sepak bola dapat ditransfer untuk bermain sepak takraw, kemampuan bermain tenis lapangan dapat ditransfer untuk latihan bulu tangkis.
Masalah umum yang terjadi dikemukakan oleh warga masyarakat ialah, apakah hasil dalam belajar dalam kegiatan olahraga akan diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Apakah orang berjiwa sportif dalam suatu pertandingan juga berprilaku demikian dalam kehidupan bermasyarakat. Isu semacam ini sering terlontar berkaitan dengan sikap masyarakat yang semakin kritis dalam memberikan penilaian terhadap peranan sekolah atau lembaga pendidikan formal
Masalah yang lebih spesifik muncul dalam kegiatan belajar dan berlatih olahraga. Kita sering mendengar seorang atlet bulutangkis merasa takut berlatih tenis karena dia beranggapan pukulan dalam permainan tenis akan memberikan efek negatif terhadap kehalusan pukulannya dalam permainan bulutangkis. Tapi sebaliknya ada pelatih yang menganjurkan keterampilan menari penting di ajarkan pada para atlet, khususnya dalam cabang bola basket atau yang lainnya dengan anggapan, keterampilan menari dapat memupuk beberapa elemen kemampuan fisik, seperti kelincahan, koordinasi, pengusaan irama dan lain lain yang berpengaruh positif bagi perkembangan keterampilan cabang olahraga lain. Contoh yang disebutkan terdahulu kita disebut dalam istilah transfer negatif dan contoh yang disebut kemudian kita sebut transfer positif  transfer.

1.2.  Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud dengan transfer keterampilan?
2) Apa saja jenis-jenis transfer keterampilan?
3) Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya transfer keterampilan? 
1.3.  Tujuan Penulisan
1) Untuk menjelaskan pengertian transfer latihan
2) Untuk mengetahui jenis-jenis dari transfer keterampilan
3) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya transfer keterampilan














BAB II
PEMBAHASAN

Transfer keterampilan
Transfer ketrampilan atau sering disebut transfer of  learning adalah kesanggupan untuk menggunakan kemampuan yang telah dimiliki untuk mengerjakan tugas-tugas baru. Sebagaimana dijelaskan oleh Drowatzky(1981)Transfer Ketrampilan akan terjadi apabila hal-hal yang akan dipelajari terdapat unsur-unsur yang sepadan . Contohnya kemampuan bermain sepak bola dapat ditransfer untuk bermain sepak takraw, kemampuan bermain tenis lapangan dapat ditransfer untuk latihan bulu tangkis. Seperti yang dijelaskan oleh Schmidt (1988) Ketrampilan-ketrampilan motorik yang telah dikuasai dapat digunakan untuk memperlancar memepelajari ketrampilan motorik yang baru meskipun ketrampilan tersebut terdapat pada cabang olahraga yang berbeda. Transfer yang dijelaskan diatas disebut dengan transfer positif. Yaitu bila transfer ketrampilan tersebut sepadan dan saling mendukung satu sama lain.Selain transfer positif terdapat pula transfer negatif artinya bila kemampuan yang telah dimiliki menjadi hambatan unutk mempelajari ketrampilan yang baru sepeti yang dijelaskan oleh Magill(1980). Dalam belajar ketrampilan motorik juga terdapat nilai transfer negatif. Contoh transfer negatif seperti kemampuan bermain tenis lapangan terjadi transfer negatif apabila digunakan untuk belajar tenis lapangan.
A. Macam-macam transfer keterampilan
1.     Transfer positif
            Transfer yang berefek lebih baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer positif yakni belajar dalam situasi yang dapat membangtu belajar dalam situasi-situasi lain. “Memperoleh keuntungan’ berarti bahwa pemindahan atau pengalihan hasil belajar itu berperanan positif, yaitu mempermudah dan menolong dalam menghadapi tugas belajar yang lain dalam rangka kurikul di keskolah atau dalam mengatur kehidupan seharihari, transfer belajar demikian tersebut disebut “transfer positif”.
             Transfer positif, akan mudah terjadi pada diri seorang siswa apabila situasi belajarnya dibuat sama atau mirip dengan situasi sehari-sehari yang akan ditempati ssiwa tersebut kelak dalam mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari di sekolah.  Misalnya, siswa yang telah pandai membaca Al-Qur’an akan secara otomatis mudah belajar Bahasa Arab, karena ada kesamaan elemen (sama-sama bertulisan arab). Pengetahuan tentang letak geografis suatu daerah, akan sangat membantu dalam memahami masalah perekonomian yang dihadapi oleh penghuni daerah itu, ketrampilan mengendarai sepeda motor akan mempermudah belajar mengendarai kendaraan roda empat.

1.1 Terjadinya transfer belajar positif
Transfer positif  akan mudah terjadi pada diri seeorang siswa apabila situasi belajarya dibuat sama atau mirip dengan situsi yang sehari-hari yang akan ditempati siswa tersebut kelak dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan dia pelajari di sekolah. Transfer positif dalam pengertian seperti inilah sebenarya secara umum adalah terciptanya sumberdaya manusia berkualitas yang aduktif.

2.    Transfer negatif
            Transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer negatif dapat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak  atau mengalami hamnbatan terhadap ketrampilan/pengetahuan yang dipelajari.   “Mengalami hambatan” berarti bahwa pemindahan atau pengalihan hasil belajar itu berperanan negatif, yautu mempersukar dan mempersulit dalam menghadapi tugas belajar yang lain dalam rangka kurikulum sekolah, atau dalam mengatur kehidupan sehari-hari, transfer belajar yang demikian disebut “transfer negatif”. 
            Menghadapi kemungkinan terjadinya tranfer negatif itu, yang penting bagi guru adalah menyadari dan sekaligus menghindari para siswanya dari situasi-situasi belajar tertentu yang diduga keras berpengaruh negatif terhadap kegiatan belajar para siswa tersebut pada masa yang akan datang.
            Misalnya, Ketrampilan mengemudi kendaraan bermotor dalam arus lalu lintas yang bergerak disebelah kiri jalan, yang diperoleh seseorang selama tinggal di Indonesia, akan menimbulkan kesulitan bagi orang itu bila pindah ke salah satu negara Eropa Barat, yang arus lalu lintasnya bergerak di sebelah kanan jalan.   pengetahaun akan semjumlah kata dalam bahasa Jerman, akan menghambat dalam mempelajari dalam mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kepada orang lain selama bertahun-tahun sesudah tamat sekolah.
             Individu yang sudah terbiasa mengetik dengan menggunakan dua jari, kalau belajar mengetik dengan sepuluh jari akan lebih banyak mengalami kesukaran daripada orang yang baru belajar mengetik.  Artinya, ketrampilan yang sebelumnya sudah dimiliki menjadi penghambat belajar ketrampilan lainnya.

3.     Transfer vertikal
                     Transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar/pengetahuan yang lebih tinggi. Transfer vertikal (tegak lurus) dapat terjadi  dalam diri seorang siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasai pengetahuan/ketrampilan yang lebih tinggi atau rumit.
                   Misalnya, seorang ssiwa SD yang telah menguasai psrinsip penjumlahan dan pengurangan pada waktu duduk di kelas II akan mudah mempelajari perkalian pada waktu dia duduk di kelas III.


4.    Transfer lateral
                    Transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/ketrampilan yang sederajat. Tranfer lateral (ke arah samping) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk mempelajari materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Dalam hal ini, perubahan waktu dan tempat tidak mengurangi mutu hasil belajar individu tersebut.
Masalah umum yang terjadi dikemukakan oleh warga masyarakat ialah, apakah hasil dalam belajar dalam kegiatan olahraga akan diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Apakah orang berjiwa sportif dalam suatu pertandingan juga berprilaku demikian dalam kehidupan bermasyarakat. Isu semacam ini sering terlontar berkaitan dengan sikap masyarakat yang semakin kritis dalam memberikan penilaian terhadap peranan sekolah atau lembaga pendidikan formal.
Masalah yang lebih spesifik muncul dalam kegiatan belajar dan berlatih olahraga. Kita sering mendengar seorang atlet bulutangkis merasa takut berlatih tenis karena dia beranggapan pukulan dalam permainan tenis akan memberikan efek negatif terhadap kehalusan pukulannya dalam permainan bulutangkis. Tapi sebaliknya ada pelatih yang menganjurkan keterampilan menari penting di ajarkan pada para atlet, khususnya dalam cabang bola basket atau yang lainnya dengan anggapan, keterampilan menari dapat memupuk beberapa elemen kemampuan fisik, seperti kelincahan, koordinasi, pengusaan irama dan lain lain yang berpengaruh positif bagi perkembangan keterampilan cabang olahraga lain. Contoh yang disebutkan terdahulu kita disebut dalam istilah transfer negatif dan contoh yang disebut kemudian kita sebut transfer positif transfer
Transfer latihan atau keterampilan merupakan salah satu topik penting dalam konteks belajar dan berlatih ketrampilan olahraga. Hal itu berdasarkan asumsi bahwa hasil belajar dalam suatu keterampilan dapat memberikan pengaruh posisitif atau negative terhadap keterampilan lainnya bagi kitadisamping definisi transfer itun sendiri, juga prinsip prinsip umum yang melandasi fenomena transfer. Dengan kata lain apakah karakteristik umum yang memungkinkan terjadi transfer dari satu keterampilan ke lainnya.
B. Transfer dalam penguasaan keterampilan
Transfer latihan yang terjadi apabila kebiasaan yang telah terbentuk sebelumnya memberikan pengaruh terhadap penguasaan, penampilan atau relearning dari kebiasaan berikutnya (Mc Geoch dan Irion, 1952). Sebagai contoh, seseorang yang terampil  dalam cabang olahraga loncat indah, kondisi tersebut disebut transfer positif. Sebaliknya, merosotnya kecermatan pukulan seseorang dalam bulutangkis setelah dia berlatih tenis dianggap sebagai penyebab menurunnya keterampilan bulutangkis.
Pengujian ada tidaknya transfer  dari satu keterampilan ke keterampilan lain dilakukan melalui prosedur penelitian. Metode yang dianggap paling tepat dan teliti adalah metode eksperimen. Di samping itu validitas kesimpulan yang diperoleh terutama tergantung pada desain eksperimen. Seperti kita ketahui, desain eksperimen sangat menentukan bagaimana prosedur pengontrolan variable variable di dalam eksperimen.
Oxendine (1984) misalnya, mengetengahkan contoh desain eksperimen untuk meneliti masalah transfer sebagai berikut:           
Kelompok eksperimen            Belajar Tugas A--------------------------------- ----------------------------------Dites Tugas B
Kelompok control tidak belajar tugas A, atau melakukan tugas lain yang tidak relevan--------Dites Tugas B
Interprestasinya adalah sebagai berikut: jika penampilan kedua kelompok sama dalam tugas B dapat disimpulkan bahwa tidak ada transfer dari Tugas A ke B. Bila kelompok eksperimen lebih baik dalam tugas B dari pada kelompok control, dapat disimpulkan bahwa terdapat transfer dari tugas A ke B. tipe desain yang kedua untuk meneliti tipe transfer retroaktif – efek latihan tugas khusus terhadap penguasaan tugas gerak sebelumnya adalah sebagai berikut:

Kelompok                               Belajar--------------Belajar--------------Tes Tugas
Eksperimen                             Tugas A                Tugas B                 A


Kelompok                               Belajar--------------Istirahat-------------Tes Tugas
Kontrol                                    Tugas  A                                              A


Desain eksperimen tersebut bertujuan untuk mengungkapkan efek latihan B terhadap penguasaan atau retensi terhadap tugas A. Jika kelompok eksperimen lebih baik dalam tugas A, ini berarti tugas B memberikan pengaruh yang nyata terhadap retensi atau penguasaan tugas A.

            Meskipun isu transfer itu seolah-olah baru bagi kita, tapi konsep transfer yang dikembangkan dalam psikologi mulai dikembangkan menjelangg abad ke-20. Pada permulaan abad ke-20, konsep disiplin formal amat dominan. Selanjutnya, konsep transfer itu sendiri juga dominan, baik di Eropa maupun di Amerika. Pokok-pokok ide  dalam teori disiplin formal iti memandang mental manusia terdiri dari seperangkat faculty, seperti kemampuan membuat alasan, kemauan, dan lain-lain. Penganut teori tersebut berpendapat, mental faculty itu akan berkembang apabila dilatih, seumpama otot yang mendapatkan latihan sehingga semakin kuat, cepat, dan fleksibel. Agar kemampuannya berkembang, latihan diberikan dengan menerapkan prinsip overload. Analogi ini kurang didukung oleh bukti-bikti empirik (oxendine, 1984).
            Jika kita telusuri kembali selayang pandang sejarah eksperimen dalam masalah transfer, studi ilmiah dalam bidang tersebut mula-mula dilakukan oleh William James, dan kemudian oleh E. L. Thorndike (1890). Eksperimen mereka ialah tentang bagaimana kemampuan memori seorang menghafal puisi Victor Hugo. Setelah subyek mempelajari puisi lainnya, kemampuannya untuk mempelajari puisi Victor Hugo dites. Perbedaan kedua kelompok tipis sekali.
            Thorndike (1913) mengembangkan teori elemen yang identik yang pada dasarnya menjelaskan yakni hanya ketrampilan, pengetahuan atau teknik yang spesifik yang ditransfer. Yang dimaksud dengan elemen yang identik adalah “proses mental yang dimiliki kesamaan sel otak penggerak untuk berbuat”.
            Teori Judd tentang prinsip-prinsip transfer agak berbeda dengan teori Thorndike terutama tentang  hakikat transfer. Teori Judd menekankan prinsip dasar dan hukum, juga tentang ketrampilan khusus, dan transfer ide umum ke situasi yang baru.
            Dalam konteks ketrampilan motorik, terdapat beberapa istilah :
1.       Transfer spesifik  jika suatu ketrampilan khusus ditransfer ke situasi lain (misalnya,   keterampilan menari ditransfer ke senam)
2.      Transfer nonspesifik, yakni hal-hal yang bersifat umum terbawa pada situasi berikutnya (misalnya, kemampuan yag diperolrh dari pendidikan terbawa untuka mampu memecahkan masalah)
3.      Transfer antar tugas (task)
4.      Transfer umum diantara beberapa keterampilan (misalnya, kemampuan voli dalam tenis mempengaruhi kemampuan voli dalam bola voli, atau stance dalam start lari mempengaruhi stance dalam permainan rugby)
5.      Transfer kontralateral, yakni transfer keteramppilan dari satu sisi tubuh ke sisi lainnya (misalnya, keterampilan tangan kiri ditransfer ke tangan kanan).

Beberapa hasil penelitian tentang transfer kontralateral sebagai berikut: keterampilan tangan kiri ditransfer ke tangan kanan dalam keterampilan memukul atau menendang (Bryantt, 1892); transfer keterampilan halus, misalnya tulisan tangan, (Cook, 1934; Baker, 1950); otot-otot antagonis berkembang bersama otot protagonis (Hellebrant, 1962). Ammons (1958) selanjutnya menjelaskan transfer kontralateral diperlancar oleh petunjuk-petunjuk khusus atau “clue” yang bersifat visual, pengetahuan tentang posisi tubuh, teknik gerakan mata, percaya diri, dan efek relaksasi. Johnson (1960) mengatakan, perbaikan hasil belajar dalam proses transfer kontralateral terjadi karena keterbiasaan menghadapi masalah, perbaikan belajar dan meningkatkan percaya diri. Sehubungan dengan masalah kontralateral ini, memang ada bukti-bukti empirik yang mendukung kebenarannya. Tapi untuk kebutuhan praktis, jika kita ingin melatih keterampilan tangan kanan, maka latihan tangan kanan. Demikian sebaliknya. Jika ingin terampil kedua-duanya, yang dilatih bukan saja tangan kanan tapi juga tangan kiri.
            Belajar merupakan hasil komulatif. Ini berarti, apa yang diperoleh seseorang pada saat sekarang juga dipengaruhi oleh kondisi dasar dalam pembentukan gerak. Ide ini sejalan dengan konsep perkembangan keterampilan sebagai susunan dari beberapa “block”. Berkaitan dengan dengan ide tersebut, ini berarti mesti ada persyaratan pokok dalam belajar yang sebelumnya harus dikuasai oleh seseorang sebelum ia mempelajari suatu kegiatan lainnya. Karena itu, yang penting untuk diperhatikan adalah peletakan dasar keterampilan pengetahuan dan bahkan sikap yang baik yang kelak berfungsi sebagai landasan yang lias dan kukuh bagi perkembangan seseorang pada waktu berikutnya. Dengan kata lain, semakin kukuh landasan keterampilanyang terbina pada waktu sebelumnya, semakin besar peluang bagi pengembangan penguasaan dalam berbagai macam tugas (oxendine, 1984).
            Berkenaan dengan masalah transfer, satu hal yang perlu kita pahami ialah, transfer tidak terjadi secara otomatis. Terdapat beberapa ciri yang memungkinkan terjadinya transfer, yaitu:
1.      Transfer terjadi pada tugas yang serupa; Vincent (1968) misalnya mengungkapkan transfer terjadi dalam keadaan ada kesamaan pada elemen perseptual. Konsep-konsep yang  “meaningful” lebih mudah dipakai (Oxendine, 1984).
Pernyataan diatas mengamdung implikasi pada pembinaan, seperti dalam isu sebagai berikut: bagaimanakah caranya mengembangkan sifat-sifat tertentu (misalnya keuletan, kegigihan, dan sebagainya)? Apakah ada sifat-sifat dasar yang kemudian mempengaruhi perkembangan sifat lainnya (misalnya, kebiasaan tertib dan bersih di sekolah akan berpengaaruh terhadap seluruh pola perilaku dalam kegiatan lainnya).
2.      Transfer tidak berlangsung secara otomatis.
3.      Transfer negatif dapat dipakai untuk merombak kebiasaan lama (misalnya, tugas B diberikan untuk merombak kebiasaan yang sudah mapanhasil belajar tugas A).
4.      Transfer positif dapat diterapkan untuk memperkuat kebiasaan yang telah mapan.







BAB III
KESIMPULAN

Transfer ketrampilan merupakan kesanggupan untuk menggunakan kemampuan yang telah dimiliki untuk mengerjakan tugas-tugas baru. Sebagaimana dijelaskan oleh Drowatzky(1981)Transfer Ketrampilan akan terjadi apabila hal-hal yang akan dipelajari terdapat unsur-unsur yang sepadan . Contohnya kemampuan bermain sepak bola dapat ditransfer untuk bermain sepak takraw, kemampuan bermain tenis lapangan dapat ditransfer untuk latihan bulu tangkis. Seperti yang dijelaskan oleh Schmidt (1988) Ketrampilan-ketrampilan motorik yang telah dikuasai dapat digunakan untuk memperlancar memepelajari ketrampilan motorik yang baru meskipun ketrampilan tersebut terdapat pada cabang olahraga yang berbeda. Transfer yang dijelaskan diatas disebut dengan transfer positif. Yaitu bila transfer ketrampilan tersebut sepadan dan saling mendukung satu sama lain.Selain transfer positif terdapat pula transfer negatif artinya bila kemampuan yang telah dimiliki menjadi hambatan unutk mempelajari ketrampilan yang baru sepeti yang dijelaskan oleh Magill(1980). Dalam belajar ketrampilan motorik juga terdapat nilai transfer negatif. Contoh transfer negatif seperti kemampuan bermain tenis lapangan terjadi transfer negatif apabila digunakan untuk belajar tenis lapangan.











DAFTAR PUSTAKA

Lutan, Rusli, 1988. Belajar Keterampilan Motorik. Pengantar Teori dan Metode. Jakarta

1 komentar:

  1. Bagi anda yang hobby bermain judi online seperti :
    Bandar Ceme, Ceme Keliling, Capsa Susun, Domino, Bandar Poker dan omaha poker
    Mari segera bergabung bersama kami di s1288poker
    Kami agen penyediaan jasa judi online terbaik dan terpercaya.
    (WA : 081910053031)

    BalasHapus