TRANSFER KETERAMPILAN
BAB
I
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Transfer ketrampilan atau sering disebut transfer of
learning adalah kesanggupan untuk
menggunakan kemampuan yang telah dimiliki untuk mengerjakan tugas-tugas baru. Sebagaimana
dijelaskan oleh Drowatzky(1981)Transfer Ketrampilan akan terjadi apabila
hal-hal yang akan dipelajari terdapat unsur-unsur yang sepadan . Contohnya
kemampuan bermain sepak bola dapat ditransfer untuk bermain sepak takraw, kemampuan
bermain tenis lapangan dapat ditransfer untuk latihan bulu tangkis.
Masalah
umum yang terjadi dikemukakan oleh warga masyarakat ialah, apakah hasil dalam
belajar dalam kegiatan olahraga akan diterapkan dalam kehidupan sehari hari.
Apakah orang berjiwa sportif dalam suatu pertandingan juga berprilaku demikian
dalam kehidupan bermasyarakat. Isu semacam ini sering terlontar berkaitan
dengan sikap masyarakat yang semakin kritis dalam memberikan penilaian terhadap
peranan sekolah atau lembaga pendidikan formal
Masalah
yang lebih spesifik muncul dalam kegiatan belajar dan berlatih olahraga. Kita
sering mendengar seorang atlet bulutangkis merasa takut berlatih tenis karena
dia beranggapan pukulan dalam permainan tenis akan memberikan efek negatif
terhadap kehalusan pukulannya dalam permainan bulutangkis. Tapi sebaliknya ada
pelatih yang menganjurkan keterampilan menari penting di ajarkan pada para
atlet, khususnya dalam cabang bola basket atau yang lainnya dengan anggapan,
keterampilan menari dapat memupuk beberapa elemen kemampuan fisik, seperti
kelincahan, koordinasi, pengusaan irama dan lain lain yang berpengaruh positif
bagi perkembangan keterampilan cabang olahraga lain. Contoh yang disebutkan
terdahulu kita disebut dalam istilah transfer negatif dan contoh yang disebut
kemudian kita sebut transfer positif transfer.
1.2. Rumusan Masalah
1)
Apakah yang dimaksud dengan transfer keterampilan?
2)
Apa saja jenis-jenis transfer keterampilan?
3) Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya transfer keterampilan?
3) Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya transfer keterampilan?
1.3. Tujuan Penulisan
1)
Untuk menjelaskan pengertian transfer latihan
2)
Untuk mengetahui jenis-jenis dari transfer keterampilan
3)
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya transfer keterampilan
BAB
II
PEMBAHASAN
Transfer
keterampilan
Transfer
ketrampilan atau sering disebut transfer of learning adalah kesanggupan untuk menggunakan
kemampuan yang telah dimiliki untuk mengerjakan tugas-tugas baru. Sebagaimana
dijelaskan oleh Drowatzky(1981)Transfer Ketrampilan akan terjadi apabila
hal-hal yang akan dipelajari terdapat unsur-unsur yang sepadan . Contohnya
kemampuan bermain sepak bola dapat ditransfer untuk bermain sepak takraw, kemampuan
bermain tenis lapangan dapat ditransfer untuk latihan bulu tangkis. Seperti
yang dijelaskan oleh Schmidt (1988) Ketrampilan-ketrampilan motorik yang telah
dikuasai dapat digunakan untuk memperlancar memepelajari ketrampilan motorik
yang baru meskipun ketrampilan tersebut terdapat pada cabang olahraga yang
berbeda. Transfer yang dijelaskan diatas disebut dengan transfer positif. Yaitu
bila transfer ketrampilan tersebut sepadan dan saling mendukung satu sama
lain.Selain transfer positif terdapat pula transfer negatif artinya bila
kemampuan yang telah dimiliki menjadi hambatan unutk mempelajari ketrampilan
yang baru sepeti yang dijelaskan oleh Magill(1980). Dalam belajar ketrampilan
motorik juga terdapat nilai transfer negatif. Contoh transfer negatif seperti
kemampuan bermain tenis lapangan terjadi transfer negatif apabila digunakan
untuk belajar tenis lapangan.
A. Macam-macam transfer keterampilan
1.
Transfer positif
Transfer yang berefek lebih baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya.
Transfer positif yakni belajar dalam situasi yang dapat membangtu belajar dalam
situasi-situasi lain. “Memperoleh keuntungan’ berarti bahwa pemindahan atau
pengalihan hasil belajar itu berperanan positif, yaitu mempermudah dan menolong
dalam menghadapi tugas belajar yang lain dalam rangka kurikul di keskolah atau
dalam mengatur kehidupan seharihari, transfer belajar demikian tersebut disebut
“transfer positif”.
Transfer positif, akan mudah terjadi pada diri seorang siswa apabila situasi
belajarnya dibuat sama atau mirip dengan situasi sehari-sehari yang akan
ditempati ssiwa tersebut kelak dalam mengaplikasikan pengetahuan dan
ketrampilan yang telah dipelajari di sekolah. Misalnya, siswa yang telah
pandai membaca Al-Qur’an akan secara otomatis mudah belajar Bahasa Arab, karena
ada kesamaan elemen (sama-sama bertulisan arab). Pengetahuan tentang letak
geografis suatu daerah, akan sangat membantu dalam memahami masalah
perekonomian yang dihadapi oleh penghuni daerah itu, ketrampilan mengendarai
sepeda motor akan mempermudah belajar mengendarai kendaraan roda empat.
1.1 Terjadinya transfer belajar
positif
Transfer
positif akan mudah terjadi pada diri
seeorang siswa apabila situasi belajarya dibuat sama atau mirip dengan situsi
yang sehari-hari yang akan ditempati siswa tersebut kelak dalam mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilan yang akan dia pelajari di sekolah. Transfer
positif dalam pengertian seperti inilah sebenarya secara umum adalah
terciptanya sumberdaya manusia berkualitas yang aduktif.
2.
Transfer negatif
Transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer
negatif dapat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu
yang memiliki pengaruh merusak atau mengalami hamnbatan terhadap
ketrampilan/pengetahuan yang dipelajari. “Mengalami hambatan”
berarti bahwa pemindahan atau pengalihan hasil belajar itu berperanan negatif,
yautu mempersukar dan mempersulit dalam menghadapi tugas belajar yang lain
dalam rangka kurikulum sekolah, atau dalam mengatur kehidupan sehari-hari,
transfer belajar yang demikian disebut “transfer negatif”.
Menghadapi kemungkinan terjadinya tranfer negatif itu, yang penting bagi guru
adalah menyadari dan sekaligus menghindari para siswanya dari situasi-situasi
belajar tertentu yang diduga keras berpengaruh negatif terhadap kegiatan
belajar para siswa tersebut pada masa yang akan datang.
Misalnya, Ketrampilan mengemudi kendaraan bermotor dalam arus lalu lintas yang
bergerak disebelah kiri jalan, yang diperoleh seseorang selama tinggal di
Indonesia, akan menimbulkan kesulitan bagi orang itu bila pindah ke salah satu
negara Eropa Barat, yang arus lalu lintasnya bergerak di sebelah kanan
jalan. pengetahaun akan semjumlah kata dalam bahasa Jerman, akan
menghambat dalam mempelajari dalam mengkomunikasikan pikiran dan perasaan
kepada orang lain selama bertahun-tahun sesudah tamat sekolah.
Individu yang sudah terbiasa mengetik dengan menggunakan dua jari, kalau
belajar mengetik dengan sepuluh jari akan lebih banyak mengalami kesukaran
daripada orang yang baru belajar mengetik. Artinya, ketrampilan yang
sebelumnya sudah dimiliki menjadi penghambat belajar ketrampilan lainnya.
3.
Transfer vertikal
Transfer
yang berefek baik terhadap kegiatan belajar/pengetahuan yang lebih tinggi.
Transfer vertikal (tegak lurus) dapat terjadi dalam diri seorang siswa
apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa
tersebut dalam menguasai pengetahuan/ketrampilan yang lebih tinggi atau rumit.
Misalnya,
seorang ssiwa SD yang telah menguasai psrinsip penjumlahan dan pengurangan pada
waktu duduk di kelas II akan mudah mempelajari perkalian pada waktu dia duduk
di kelas III.
4.
Transfer lateral
Transfer
yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/ketrampilan yang
sederajat. Tranfer lateral (ke arah samping) dapat terjadi dalam diri seorang
siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk
mempelajari materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain.
Dalam hal ini, perubahan waktu dan tempat tidak mengurangi mutu hasil belajar
individu tersebut.
Masalah
umum yang terjadi dikemukakan oleh warga masyarakat ialah, apakah hasil dalam
belajar dalam kegiatan olahraga akan diterapkan dalam kehidupan sehari hari.
Apakah orang berjiwa sportif dalam suatu pertandingan juga berprilaku demikian
dalam kehidupan bermasyarakat. Isu semacam ini sering terlontar berkaitan
dengan sikap masyarakat yang semakin kritis dalam memberikan penilaian terhadap
peranan sekolah atau lembaga pendidikan formal.
Masalah
yang lebih spesifik muncul dalam kegiatan belajar dan berlatih olahraga. Kita
sering mendengar seorang atlet bulutangkis merasa takut berlatih tenis karena
dia beranggapan pukulan dalam permainan tenis akan memberikan efek negatif
terhadap kehalusan pukulannya dalam permainan bulutangkis. Tapi sebaliknya ada
pelatih yang menganjurkan keterampilan menari penting di ajarkan pada para
atlet, khususnya dalam cabang bola basket atau yang lainnya dengan anggapan,
keterampilan menari dapat memupuk beberapa elemen kemampuan fisik, seperti
kelincahan, koordinasi, pengusaan irama dan lain lain yang berpengaruh positif
bagi perkembangan keterampilan cabang olahraga lain. Contoh yang disebutkan
terdahulu kita disebut dalam istilah transfer negatif dan contoh yang disebut
kemudian kita sebut transfer positif transfer
Transfer
latihan atau keterampilan merupakan salah satu topik penting dalam konteks
belajar dan berlatih ketrampilan olahraga. Hal itu berdasarkan asumsi bahwa
hasil belajar dalam suatu keterampilan dapat memberikan pengaruh posisitif atau
negative terhadap keterampilan lainnya bagi kitadisamping definisi transfer
itun sendiri, juga prinsip prinsip umum yang melandasi fenomena transfer.
Dengan kata lain apakah karakteristik umum yang memungkinkan terjadi transfer
dari satu keterampilan ke lainnya.
B. Transfer dalam penguasaan keterampilan
Transfer
latihan yang terjadi apabila kebiasaan yang telah terbentuk sebelumnya
memberikan pengaruh terhadap penguasaan, penampilan atau relearning dari
kebiasaan berikutnya (Mc Geoch dan Irion, 1952). Sebagai contoh, seseorang yang
terampil dalam cabang olahraga loncat
indah, kondisi tersebut disebut transfer
positif. Sebaliknya, merosotnya kecermatan pukulan seseorang dalam
bulutangkis setelah dia berlatih tenis dianggap sebagai penyebab menurunnya
keterampilan bulutangkis.
Pengujian
ada tidaknya transfer dari satu
keterampilan ke keterampilan lain dilakukan melalui prosedur penelitian. Metode
yang dianggap paling tepat dan teliti adalah metode eksperimen. Di samping itu
validitas kesimpulan yang diperoleh terutama tergantung pada desain eksperimen.
Seperti kita ketahui, desain eksperimen sangat menentukan bagaimana prosedur
pengontrolan variable variable di dalam eksperimen.
Oxendine (1984)
misalnya, mengetengahkan contoh desain eksperimen untuk meneliti masalah
transfer sebagai berikut:
Kelompok
eksperimen Belajar Tugas
A--------------------------------- ----------------------------------Dites
Tugas B
Kelompok control
tidak belajar tugas A, atau melakukan tugas lain yang tidak
relevan--------Dites Tugas B
Interprestasinya
adalah sebagai berikut: jika penampilan kedua kelompok sama dalam tugas B dapat
disimpulkan bahwa tidak ada transfer dari Tugas A ke B. Bila kelompok
eksperimen lebih baik dalam tugas B dari pada kelompok control, dapat
disimpulkan bahwa terdapat transfer dari tugas A ke B. tipe desain yang kedua
untuk meneliti tipe transfer retroaktif – efek latihan tugas khusus terhadap
penguasaan tugas gerak sebelumnya adalah sebagai berikut:
Kelompok Belajar--------------Belajar--------------Tes
Tugas
Eksperimen Tugas A Tugas B A
Kelompok Belajar--------------Istirahat-------------Tes
Tugas
Kontrol Tugas A A
Desain
eksperimen tersebut bertujuan untuk mengungkapkan efek latihan B terhadap
penguasaan atau retensi terhadap tugas A. Jika kelompok eksperimen lebih baik
dalam tugas A, ini berarti tugas B memberikan pengaruh yang nyata terhadap
retensi atau penguasaan tugas A.
Meskipun isu transfer itu
seolah-olah baru bagi kita, tapi konsep transfer yang dikembangkan dalam
psikologi mulai dikembangkan menjelangg abad ke-20. Pada permulaan abad ke-20,
konsep disiplin formal amat dominan.
Selanjutnya, konsep transfer itu sendiri juga dominan, baik di Eropa maupun di
Amerika. Pokok-pokok ide dalam teori
disiplin formal iti memandang mental manusia terdiri dari seperangkat faculty,
seperti kemampuan membuat alasan, kemauan, dan lain-lain. Penganut teori
tersebut berpendapat, mental faculty itu akan berkembang apabila dilatih,
seumpama otot yang mendapatkan latihan sehingga semakin kuat, cepat, dan
fleksibel. Agar kemampuannya berkembang, latihan diberikan dengan menerapkan
prinsip overload. Analogi ini kurang didukung oleh bukti-bikti empirik
(oxendine, 1984).
Jika kita telusuri kembali selayang
pandang sejarah eksperimen dalam masalah transfer, studi ilmiah dalam bidang
tersebut mula-mula dilakukan oleh William James, dan kemudian oleh E. L. Thorndike
(1890). Eksperimen mereka ialah tentang bagaimana kemampuan memori seorang
menghafal puisi Victor Hugo. Setelah subyek mempelajari puisi lainnya,
kemampuannya untuk mempelajari puisi Victor Hugo dites. Perbedaan kedua
kelompok tipis sekali.
Thorndike (1913) mengembangkan teori
elemen yang identik yang pada
dasarnya menjelaskan yakni hanya ketrampilan, pengetahuan atau teknik yang
spesifik yang ditransfer. Yang dimaksud dengan elemen yang identik adalah
“proses mental yang dimiliki kesamaan sel otak penggerak untuk berbuat”.
Teori Judd tentang prinsip-prinsip
transfer agak berbeda dengan teori Thorndike terutama tentang hakikat transfer. Teori Judd menekankan
prinsip dasar dan hukum, juga tentang ketrampilan khusus, dan transfer ide umum
ke situasi yang baru.
Dalam konteks ketrampilan motorik,
terdapat beberapa istilah :
1. Transfer
spesifik jika suatu ketrampilan
khusus ditransfer ke situasi lain (misalnya, keterampilan menari ditransfer ke senam)
2.
Transfer
nonspesifik, yakni hal-hal yang bersifat umum
terbawa pada situasi berikutnya (misalnya, kemampuan yag diperolrh dari
pendidikan terbawa untuka mampu memecahkan masalah)
3.
Transfer
antar tugas (task)
4.
Transfer
umum diantara beberapa keterampilan
(misalnya, kemampuan voli dalam tenis mempengaruhi kemampuan voli dalam bola
voli, atau stance dalam start lari mempengaruhi stance dalam permainan rugby)
5.
Transfer
kontralateral, yakni transfer keteramppilan dari
satu sisi tubuh ke sisi lainnya (misalnya, keterampilan tangan kiri ditransfer
ke tangan kanan).
Beberapa
hasil penelitian tentang transfer kontralateral sebagai berikut: keterampilan
tangan kiri ditransfer ke tangan kanan dalam keterampilan memukul atau
menendang (Bryantt, 1892); transfer keterampilan halus, misalnya tulisan
tangan, (Cook, 1934; Baker, 1950); otot-otot antagonis berkembang bersama otot
protagonis (Hellebrant, 1962). Ammons (1958) selanjutnya menjelaskan transfer
kontralateral diperlancar oleh petunjuk-petunjuk khusus atau “clue” yang
bersifat visual, pengetahuan tentang posisi tubuh, teknik gerakan mata, percaya
diri, dan efek relaksasi. Johnson (1960) mengatakan, perbaikan hasil belajar
dalam proses transfer kontralateral terjadi karena keterbiasaan menghadapi
masalah, perbaikan belajar dan meningkatkan percaya diri. Sehubungan dengan
masalah kontralateral ini, memang ada bukti-bukti empirik yang mendukung
kebenarannya. Tapi untuk kebutuhan praktis, jika kita ingin melatih
keterampilan tangan kanan, maka latihan tangan kanan. Demikian sebaliknya. Jika
ingin terampil kedua-duanya, yang dilatih bukan saja tangan kanan tapi juga
tangan kiri.
Belajar merupakan hasil komulatif.
Ini berarti, apa yang diperoleh seseorang pada saat sekarang juga dipengaruhi
oleh kondisi dasar dalam pembentukan gerak. Ide ini sejalan dengan konsep
perkembangan keterampilan sebagai susunan dari beberapa “block”. Berkaitan
dengan dengan ide tersebut, ini berarti mesti ada persyaratan pokok dalam
belajar yang sebelumnya harus dikuasai oleh seseorang sebelum ia mempelajari
suatu kegiatan lainnya. Karena itu, yang penting untuk diperhatikan adalah
peletakan dasar keterampilan pengetahuan dan bahkan sikap yang baik yang kelak
berfungsi sebagai landasan yang lias dan kukuh bagi perkembangan seseorang pada
waktu berikutnya. Dengan kata lain, semakin kukuh landasan keterampilanyang
terbina pada waktu sebelumnya, semakin besar peluang bagi pengembangan
penguasaan dalam berbagai macam tugas (oxendine, 1984).
Berkenaan dengan masalah transfer,
satu hal yang perlu kita pahami ialah, transfer tidak terjadi secara otomatis.
Terdapat beberapa ciri yang memungkinkan terjadinya transfer, yaitu:
1. Transfer
terjadi pada tugas yang serupa; Vincent (1968) misalnya mengungkapkan transfer
terjadi dalam keadaan ada kesamaan pada elemen perseptual. Konsep-konsep
yang “meaningful” lebih mudah dipakai
(Oxendine, 1984).
Pernyataan
diatas mengamdung implikasi pada pembinaan, seperti dalam isu sebagai berikut:
bagaimanakah caranya mengembangkan sifat-sifat tertentu (misalnya keuletan,
kegigihan, dan sebagainya)? Apakah ada sifat-sifat dasar yang kemudian
mempengaruhi perkembangan sifat lainnya (misalnya, kebiasaan tertib dan bersih
di sekolah akan berpengaaruh terhadap seluruh pola perilaku dalam kegiatan
lainnya).
2. Transfer
tidak berlangsung secara otomatis.
3. Transfer
negatif dapat dipakai untuk merombak kebiasaan lama (misalnya, tugas B diberikan
untuk merombak kebiasaan yang sudah mapanhasil belajar tugas A).
4. Transfer
positif dapat diterapkan untuk memperkuat kebiasaan yang telah mapan.
BAB
III
KESIMPULAN
Transfer
ketrampilan merupakan kesanggupan untuk menggunakan kemampuan yang telah
dimiliki untuk mengerjakan tugas-tugas baru. Sebagaimana dijelaskan oleh
Drowatzky(1981)Transfer Ketrampilan akan terjadi apabila hal-hal yang akan
dipelajari terdapat unsur-unsur yang sepadan . Contohnya kemampuan bermain
sepak bola dapat ditransfer untuk bermain sepak takraw, kemampuan bermain tenis
lapangan dapat ditransfer untuk latihan bulu tangkis. Seperti yang dijelaskan
oleh Schmidt (1988) Ketrampilan-ketrampilan motorik yang telah dikuasai dapat digunakan
untuk memperlancar memepelajari ketrampilan motorik yang baru meskipun
ketrampilan tersebut terdapat pada cabang olahraga yang berbeda. Transfer yang
dijelaskan diatas disebut dengan transfer positif. Yaitu bila transfer
ketrampilan tersebut sepadan dan saling mendukung satu sama lain.Selain
transfer positif terdapat pula transfer negatif artinya bila kemampuan yang
telah dimiliki menjadi hambatan unutk mempelajari ketrampilan yang baru sepeti
yang dijelaskan oleh Magill(1980). Dalam belajar ketrampilan motorik juga
terdapat nilai transfer negatif. Contoh transfer negatif seperti kemampuan
bermain tenis lapangan terjadi transfer negatif apabila digunakan untuk belajar
tenis lapangan.
DAFTAR
PUSTAKA
Lutan, Rusli, 1988. Belajar Keterampilan Motorik.
Pengantar Teori dan Metode. Jakarta