ADAPTASI METABOLIK PADA LATIHAN
A.
PENDAHULUAN
Latihan menimbulkan terjadinya perubahan
energi kimia menjadi energi mekanik. Oleh karena itu dalam latihan harus
mengetahui persediaan energi kimia, kapan energi kimia tersebut diperlukan,
bagaimana proses penyediaanya dan dimana energi tersebut berasal dan disimpan,
yang semuanya itu menyangkut sistem metabolisme energi dalam tubuh.
Energi
berasal dari makanan yang mengandung
karbohidrat, lemak dan protein. Kalau kita makan, maka tujuan terpenting
adalah untuk pertumbuhan, sebagai sumber energi, dan mengganti sel yang rusak selain
untuk menghilangkan lapar. Pada dasarnya semua energi berasal dari matahari,
dimana energi dari matahari oleh tumbuhan hijau diubah menjadi energi kimia.
B.
METABOLISME
Metabolisme adalah jumlah seluruh reaksi
kimia dan fisik serta pengubahan energi dalam tubuh yang menopang dan
mempertahankan kehidupan (Sloane, 2004). Metabolisme dalam tubuh memungkinkan
sel melangsungkan kehidupannya (Gayton, 1997). Metabolisme dapat dibagi menjadi
2 katagori, yaitu anabolisme dan katabolisme.
Anabolisme adalah merupakan proses
sistesis molekul komplek dari molekul sederhana, dan katabolisme adalah
pemecahan atau penguraian molekul
komplek besar menjadi molekul sederhana yang lebih kecil (Pocock, 2004).
Anabolisme meliputi reaksi kimia untuk membentuk kompleks molekul yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan mempertahankan kehidupan yang disentesis dari
zat yang lebih mudah disertai dengan penggunaan energi. Katabolisme meliputi
reaksi kimia molekul menjadi molekul yang berukuran kecil disertai dengan
pelepasan energi. Reaksi Anabolisme dan katabolisme berlangsung dalam sel tubuh
secara bersamaan dan berkelanjutan. (Sloane, 2004).
Reaksi anabolik memerlukan masukan energi
dalam bentuk ATP. Reakasi-reaksi tersebut menghasilkan (1) Pembentukan bahan
yang diperlukan sel , misalnya protein struktural sel atau produk sekretorik,
atau (2) Simpanan, misalnya glikogen atau lemak dari kelebihan zat gizi yang
tidak segera dipergunakan untuk energi atau bahan pembangun sel. Kataboliisme
di pihak lain, mencakup 2 tingkat penguraian : (1) hidrolisis makro molekul
organik sel menjadi subunit yang lebih kecil, seperti penguraian glikogen
menjadi glukosa, (2) oksidasi subunit kecil, untuk menghasilkan energi dalam
bentuk ATP (Sherwood, 2001)
C.
ENERGI
Energi diperlukan untuk proses
fisiologis yang berlangsung dalam sel tubuh. Proses ini meliputi kontraksi
otot, pembentukan dan penghantaran impuls syaraf, sekresi kelenjar, produksi
panas untuk mempertahankan suhu, mekanisme transport aktif dan berbagai reaksi
sintesis dan degradasi (Sloane, 2004).
Sumber energi tubuh berasal dari
karbohidrat, lemak dan protein. Sumber energi ini dipakai oleh sel untuk
membentuk sejumlah besar ATP dan ATP dipakai sebagai sumber energi untuk
berbagai fungsi sel (Gayton
dan Hall, 2004).
Ada 6 bentuk energi : (1) Kimia, (2)
mekanik, (3) panas, (4) cahaya (5) elektrik, dan (6) inti. Setiap energi dapat
diubah dalam bentuk energi yang lain. Sebagai contoh saat aktivitas atau
latihan, terjadi perubahan energi dari bentuk energi kimia menjadi energi
mekanik (Fox, 1993).
D.
ADENOSIN TRI PHOSPHATE (ATP)
Kita harus makan
untuk dapat menyediakan energi yang diperlukan tubuh. Energi pada pemecahan
bahan makanan tidak dapat langsung digunakan, tetapi energi tersebut harus
diubah menjadi energi kimia berbentuk ATP (Sloane, 2004).
ATP adalah senyawa
fosfat yang berenergi tinggi yang menyimpan energi untuk tubuh. ATP terbentuk
dari nukleitida adenosin ditambah dengan gugus fosfat dalam ikatan yang
berenergi tinggi. Hidrolisis ATP melepaskan satu fosfat menjadi ADP dan
melepaskan energi. Pelepasan fosfat kemudian akan menjadi AMP melepaskan banyak
energi. Energi yang dilepas dari katabolisme makanan dipakai oleh ADP untuk
membentuk ATP sebagai simpanan energi. Sistem ATP-ADP adalah cara utama
pemindahan energi dalam sel (Sloane, 2004).
ATP merupakan sumber
energi untuk proses biologis berlangsung secara mendaur ulang. ATP terbentuk
dari ADP dan Pi melalui proses fosforilasi dan oksidasi moleku penghasil
energi. Selanjutnya ATP yang terbentuk dihidrolisis menjadi ADP dan Pi
sekaligus melepaskan energi yang diperlukan oleh proses biologis tersebut.
Demikian seterusnya terjadi daur ulang ATP-ADP secara terus menerus. ATP juga
dapat dibentuk 2 molekul ADP, yang menghasilkan ATP dan AMP (Patellongi, dkk,
2000).
Bila satu senyawa
fosfat dari ATP dilepaskan, maka akan keluar energi sebesar 7-12 Kcal. Energi
dari pemecahan ATP inilah yang digunakan untuk energi untuk kontraksi otot,
sistesa protein, tarnsport aktif ion, dan untuk berbagai metabolisme.
E.
SUMBER ATP
Terdapat 3 proses yang dapat menghasilkan
ATP : (1) ATP-PC atau sistem phospatagen. Pada sistem ini energi di sintesis
dari ATP yang berasal dari Posfokreatin (PC). (2) Aanarobik Glikolisis, atau
sistem asam laktat, menyediakan ATP dari degradasi parsial dari glikogen atau
glukosa. (3) Sistem oksigen dari proses oksidasi karbohidrat dan beta oksidasi
dari asam lemak dan protein. Pada sistem oksigen mengalami reaksi oksidasi
melalui siklus Krebs. Energi yang
berasal dari pemecahan makanan dan energi pemecahan PC digunakan untuk
mensitesis ATP dari ADP ( Fox, 1993 ).
F.
METABOLISME AEROBIK DAN ANAEROBIK
Metabolisme aerobik adalah
metabolisme energi yang dapat dihasilkan dari makanan dengan metabolisme
oksidatif, yaitu dengan menggunakan oksigen. Metabolisme anaerobik bila energi
dihasilkan tanpa disertai dengan pemakaian oksigen. Karbohidrat merupakan
sumber makanan bermakna yang dapat dipakai sebagai sumber energi tampa
menggunakan oksigen. Pelepasan energi terjadi selama proses glikolitik dimana
glikogen dipecah menjadi asam piruvat (Gayton dan Hall, 2004).
Jika energi ATP yang
diperlukan untuk aktivitas seluler lebih besar daripada yang dihasilkan oleh
metabolisme oksidatif, cadangan fosfokreatin yang pertama digunakan dan
kemudian diikuti dengan cepat oleh pemecahan glikogen anaerobik dan
menghasilkan asam laktat.
Metabolisme oksidatif tidak dapat menghasilkan energi yang sangat
besar ke sel secepat proses anaerobik, tetapi sebaliknya pada penggunaan dengan
kecepatan yang lebih lamban, secara kwantitatif proses oksidatif hampir tidak
pernah ada habisnya (Gayton dan Hall, 2004).
G.
SISTEM
METABOLISME ENERGI PADA OTOT
Untuk memenuhi kebutuhan energi untuk
kerja otot baik kontraksi maupun relaksasi, otot menyimpan sejumlah ATP dan
mempunyai sistem dalam membentuk kembali ATP yang telah terpakai. Diantara sel
yang lain, sel otot merupakan sel yang paling banyak menimbun ATP, walaupun
jumlahnya sangat terbatas.
ATP yang tertimbun dalam otot sekitar 4-6
milimol/kg otot. ATP tersebut hanya cukup untuk aktivitas cepat dan berat
selama 3-8 detik. Oleh karena itu bila aktivitas terjadi lama perlu pembentukan
ATP kembali. Proses pembentukan kembali ATP terjadi 3 cara, 2 proses terjadi
secara anaerobik : (1) Sistem ATP-PC ( sistem fosfatagen ) dan (2) Sistem
glikolisis anaerobik ( sistem asam laktat ), dan 1 proses terjadi secara
aerobik, yaitu sistem aerobik dimana meliputi oksidasi karbohidratt dan lemak.
1.
Sistem ATP-PC ( Sistem Fosfatagen )
Sistem fosfatagen adalah suatu sistem
penyediaan energi ATP yang berasal dari kreatin fosfat (PC) di otot. Dengan enzim
kreatin kinase, PC dipecah menjadi fosfat dan kreatin dan selanjunnya fosfat
diikat dengan ADP menjadi ATP. Pada saat kontraksi ATP dipecah menjadi ADP dan
fosfat diikat kembali oleh kreatin menjadi
kreatin fosfat (PC) (Fox, dkk., 1991).
Kurang lebih fosfokreatin 15–17
milimol tertimbun dalam otot per kilo
gram. Bila PC terurai akan dilepaskan energi, dan fosfat segera didonorkan
untuk membentuk ATP dari ADP atau AMP. Reaksi ATP dan PC dalam sel berlangsung
sangat cepat. Pada saat ATP digunakan, segera PC terurai dan membebaskan
energi. Pada kondisi standart energi dilepaskan sebesar 8300 kalori permol PC
dan kondisi reaktan dan suhu tubuh normal 13000 kalori, lebih besar energi dari
hidrolisis ATP sebesar 12000 kalori (Patellongi dkk, 2000).
Kreatin fosfat jumlahnya sangat sedikit, sehingga cepat
habis. Tetapi merupakan sumber energi yang tercepat untuk membentuk ATP
kembali. Oleh karena itu sistem energi ini dapat digunakan secara cepat yang
diperlukan pada aktivitas yang memerlukan kecepatan (Fox, 1991).
Kecepatan penyedian energi ATP lewat
sistem ATP-PC ini karena : (1) tidak bergantung pada reaksi kimia yang panjang,
(2) Tidak tergantung pada transport oksigen dalam otot (tidak memerlukan
oksigen), (3) ATP-PC tertimbun dalam mekanisme kontraksi otot (Fox, 1991).
2.
Sistem Asam laktat (Sistem Glikolisis
Anaerobik)
Glikolisis anaerobik memerlukan 12 macam
reaksi kimiawi secara berurutan, sehingga pembentukan energi melalui sistem ini
berjalan lebih lambat dari pada sistem ATP-PC yang hanya 2 reaksi saja. Jadi
kontraksi otot yang dihasilkan oleh sistem energi ini berlangsung cepat, lebih
lambat dari sistem ATP-PC. Adapaun ciri sistem glikolisis anaerobik adalah :
(1) menyebabkan terbentuknya asam laktat yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan
dan kelelahan. (2) Tidak memerlukan oksigen, (3) hanya menggunakan karbohidrat
(glukosa atau glikogen otot), (4) memberikan energi untuk resintesis beberapa
molekul saja.
Apabila glukosa masuk dalam sel, maka
molekul glukosa tersebut dengan serangkaian reaksi kimia diproses menjadi
energi, yang disebut peristiwa glikolisis. Energi yang dikeluarkan digunakan
untuk membentuk ATP kembali dan menghasilkan 3 ATP. Reaksi ini tidak efisien,
karena dari 1 mol (180 gr) glikogen hanya membentuk 3 ATP sedangkan bila dengan
pertolongan oksigen akan menghasilkan 39 mole ATP. Asam laktat yang terbentuk dari glikolisis
akan menurunkan pH otot dan darah. Perubahan pH akan menghambat kerja enzim
atau reaksi kimia dala sel terutama dalam otot sendiri, sehingga menyebabkan
kontraksi otot bertambah lemah dan menyebabkan kelelahan (Fox, 1991)
Sistem glikolisis anaerobik ini diperlukan
pada aktivitas fisik yang berlangsung cepat dan berlangsung 1 s/d 3 atau 4
menit. Daya maksimal 1,6 mol ATP permenit, dan kapasitas maksimalnya 1,2 mol
ATP.
3.
Sistem Aerobik
Sistem aerobik merupakan sistem
pembentukan kembali ATP melalui fosforilasi oksidatif di metokondria.
Pengikatan kembali Pi dengan menggunakan energi
yang dihasilkan oleh oksidasi subtrat dari makanan penghasil energi
(karbohidrat, lemak dan protein) (Patellongi dkk, 2000).
Untuk aktivitas ketahanan yang tidak
memerlukan gerakan cepat, pembentukan ATP terjadi dengan metabolisme aerobik.
Bila cukup oksigen 1 mole glikogen dipecah sempurna menjadi CO2, H2O dan
sejumlah energi sebesar 39 mole ATP. Untuk
reaksi tersebut diperlukan beratur-ratus reaksi kimia dengan beratus-ratus
enzim.
Metabolisme aerobik ini meskipun terjadi
di otot, tetapi letaknya agak jauh dengan mekanisme kontraktil. Oleh karena itu
pengaruhnya juga lebih lambat dan tidak dapat digunakan secra cepat. Reaksi
aerobik terjadi di metokondria yang terbagi menjadi : (1) glikolisis aerobik,
(2) siklus kreb, (3) sistem transport elektron (Setiawan, 2002).
3.1 Glikolisis Aerobik
Seri perubahan permulaan, glikogen dipecah
menjadi CO2 dan H2O sebagai glikolisis. Selama glikolisi aerobik, 1 gram glikogen dipecah menjadi 2 mol asam
piruvat, dengan mengeluarkan energi untuk mesintesi kembali 3 mol ATP :
Glikogen ( C6H12O6) à 2 asam piruvat ( C3H4O3 ) + energi ( 2
ATP ) + 4 H
Energi + 3 ADP + 3 Pi à 3 ATP (Fox, 1991).
3.2 Siklus Kreb
Pemecahan glukosa berikutnya
adalah memecah 2 asam piruvat dengan pertolongan koenzim A menjadi acetyl A,
CO2 dan H (asam piruvat + coenzym A à Acetyl A + 2 CO2 + 4H).
Selanjutnya acetyl koenzim A masuk dalam siklus Kreb (siklus asam sitrat atau
asam trikarboksilat). Asam lemak aktif ini masuk ke siklus oksidasi yang
dinamakan beta oksidasi menjadi acetyl coenzim A dan masuk dalam siklus Kreb.
Banyaknya ATP yang dihasilkan tergantung dari jenis asam lemak (Fox, 1991).

Gambar 4. Siklus kreb. (library.thinkquest.org)
3.3 Sistem
transpor elektron
Kelanjutan
pemecahan glikogen adalah terbentuknya H2O yang dihasilkan dari
persenyawaan H+ yang terjadi dalam siklus Kreb dan oksigen yang kita
hirup. Rangkaian reaksi sampai terjadi H2O disebut dengan sistem
transport elektron dan reaksi ini terjadi di membran dalam metokondria. Waktu
terjadi transport elektron di dalam rantai respirasi sejumlah energi
dikeluarkan. Ion H+ dan elektron yang dihasilkan
dari siklus Kreb masuk ke sistem trasport elektron. Dalam sistem ini terjadi
pembentukan H2O dari reaksi enzimatis antara ion H+ dan
oksigen serta pembentukan ATP.
Tabel 1 dan 2 membandingkan 3 sistem pembentukan
energi (Fox, 1991)
Tabel 1
Sistem Penyediaan Energi Dalam Pembentukan ATP
SISTEM
|
BAHAN BAKU
|
KEBUTUHAN O2
|
KECEPATAN
|
Anaerobik
ATP-PC
Asam Sitrat
Aerobik
|
Fosfokreatin
Glikogen
Glikogen, lemak, dan protein
|
Tidak
Tidak
ya
|
Tercepat
Cepat
Lambat
|
Tabel 2
Kapasitas Maksimal dan Power
SISTEM
|
MAXIMAL POWER ( mole ATP/menit )
|
MAXIMAL CAPACITY (
ATP yang tersedia )
|
ATP-PC
Asam Sitrat
Aerobik
|
3,6
1,6
1,0
|
0,7
1,2
90,0
|
H.
METABOLISME
AEROBIK DAN ANAEROBIK SELAMA ISTIRAHAT DAN AKTIVITAS FISIK (LATIHAN)
Terdapat
3 hal penting dalam metabolisme aerobik dan anaerobik yang harus diperhatikan
selama istirahat dan latihan : (1) tipe makanan yang dimetabolisme, (2) peran
relatif yang dimainkan oleh setiap sistem dan (3) adanya penumpukan asam laktat
dalam darah (Fox, 1991).
Kita
telah mengetahui bahwa makanan yang masuk dalam tubuh diubah dulu menjadi ATP
sebagi sumber energi sel yang siap pakai. Jumlah ATP dalam tubuh terbatas, dan
harus dibentuk kembali melalui 3 sistem yaitu sistem ATP-PC, asam laktat dan
sistem aerobik. Pada gerakan yang sangat cepat ATP dibentuk dari sistem ATP-PC,
gerakan cepat dari sistem asam laktat dan gerakan lambat dari sistem aerobik.
1.
Penyediaan
Energi Waktu Istirahat
Kondisi istirahat sumber energi 2/3
diperoleh dari lemak dan 1/3 dari karbohidrat (glikogen dan glukosa). Sistem
transport oksigen dalam kondisi istirahat dapat mensuplai okigen pada setiap
sel dengan oksigen yang cukup, sehingga
ATP secara adekuat dapat dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan saat istirahat. Oleh karena itu penyediaan energi saat
istirahat terutama melalui sistem aerobik (Fox, 1991).
Meskipun
hanya sistem aerobik pada kenyataannya dalam darah terdapat asam laktat yang
konstan (10 mg/100 ml). Asam laktat yang terdapat dalam darah ini berasal dari
metabolisme anaerobik sel darah merah yang tidak memiliki metokondria.
Disamping itu juga kerja enzyme lactic dehydroginase yang
mengubah asam piruvat menjadi asam laktat. Enzim alactic dehidroginase ini berfungsi menjaga agar kadar asam lakta
dalam darah tetap konstan (Fox, 1991).
2.
Energi Waktu
Latihan
Kontraksi
otot tidak akan terjadi kontraksi tanpa energi dari ATP. Miosin salah satu
protein kontraktil yang penting dalam serat otot, bekerja sebagai enzym yang
memecah ATP menjadi ADP, sehingga melepaskan energi yang diperlukan dalam
kontraksi otot. Saat keadaan normal hanya sejumlah kecil ATP yang dipecah untuk
kontraksi, dan kecepatan pemakaian ATP dapat 150 X lebih cepat dari saat
istirahat (Gayton dan Hall, 2004).
Latihan
(olahraga) pada umumnya tidak murni menggunakan energi aerobik saja atau
anaerobik saja tetapi biasanya terjadi campuran. Namun terdapat sistem energi
predominan yang digunakan aerobik atau anaerobik. Peran relatif (energi predominan) selama
latihan tergantung : (1) jenis latihan, (2) kedaan latihan, (3) diet atlet
(Fox, 1991).
Latihan jangka pendek, yang dipertahankan sampai 2 menit, seperti lari 50 M s/d 800 M atau
olahraga yang lain. Sumber energi adalah anaerobik predominan. Pada awal
gerakan sumber energi melalui ATP PC selama dan kemudian melalui sistem asam
laktat.
Latihan
jangka panjang, yang kontinyu dalam waktu 5 menit atau lebih seperti lari
maraton energi predominannya adalah aerobik yang berasal dari karbohidrat dan
lemak.
Tabel 3.
Contoh prosentasi penyediaan energi predominan arobik dan
anaerobik pada latihan/olahraga lari :
Jarak lari
|
Waktu
|
% aerobik
|
% anaerobik
|
100 m
|
10 detik
|
10
|
90
|
400 m
|
45 detik
|
25
|
75
|
1500 m
|
3 menit, 35 detik
|
55
|
45
|
5000 m
|
13 menit, 30 detik
|
85
|
15
|
Lari marataton
|
135 – 180 menit
|
95
|
5
|
Sumber : (Fox,
1991).
Beberapa
latihan (olahraga) seperti sepak bola dan bulutangkis terjadi secara tidak
kontinyu. Aktivitas dapat terjadi cepat, lambat bahkan kadang diam, tetapi
berlangsung dalam waktu yang lama. Pada latihan ini ATP-PC digunakan dan
dibentuk kembali secara cepat. Penggantian ATP-PC terjadi secara aerobik. Karena
oksigen yang cukup, dengan demikian asam laktat menjadi berkurang dan tidak
tejadi penumpukan. Tetapi jika terjadi kerja seperti reli-reli panjang pada
bulutangkis, maka sistem asam laktat akan digunakan, karena terjadi stroke pada
otot yang sama dan ini dapat menimbulkan kelelahan.
I.
ADAPTASI
METABOLIK PADA LATIHAN
Keseluruhan
mekanisme yang bertanggungjawab terhadap peningkatan kekuatan dan ketahanan
otot tidak sepenuhnya dimengerti. Ada
beberapa perubahan metabolik dan morfologi bila latihan dilakukan selama
beberapa hari atau beberapa minggu. Perubahan metabolik yang terjadi tergantung
pada jenis latihan dengan pemakaian sistem energi predominannya (Wilmore
dan Costill, 1994).
1.
Adaptasi Latihan
Latihan
ketahanan yang dilakukan setiap hari, seperti jogging atau renang, timbul beberapa perubahan karena stimulus pada
otot. Beberapa perubahan timbul pada otot dan sistem energi.
1.1
Adaptasi
pada latihan aerobik adalah :
a.
Perubahan
jenis serat otot
Latihan aerobik
seperti jogging dan latihan dengan intensitas latihan rendah sampai sedang
banyak menggunakan jenis otot slow twicth,
maka pada latihan aerobik terjadi perkembangan pada serat slow twitch (otot merah). Karena latihan 7%-22% serat otot Slow Twitch menjadi lebih besar dari
pada serat otot fast twicth.
b. Perubahan
supplai kapiler
Latihan
ketahanan jumlah kapiler yang mensupplai pada setiap otot menjadi lebih banyak
5–10%, dan pada latihan yang lebih lama dapat meningkat sampai 15 %.
Peningkatan jumlah kapiler ini memungkinkan pertukaran gas, panas, sisa
metabolisme, dan nutrisi antara darah dan otot semakin besar. Hal ini menjaga
produksi energi dan kontraksi otot yang berulang-ulang.
c.
Perubahan
kadar myoglobin
Myoglobin
berfungsi membawa oksigen dari membran sel ke metokondria untuk metabolisme
aerobik. Latihan ketahanan banyak
memerlukan oksigen, sehingga kadar myoglobin dapat meningkat 75 s/d 85 %, myoglobin ini banyak terdapat pada serat otot slow twich (ST).
d.
Perubahan
fungsi metokondria
Latihan
ketahanan juga mempengaruhi fungsi metokondria, guna meningkatkan kapasitas
serat otot untuk meproduksi ATP secara aerobik.
Kemampuan untuk menggunakan oksigen dan menghasilkan ATP tergantung pada
jumlah, ukuran dan efisiensi pada metokondria. Sehingga pada latihan ketahanan,
jumlah dan ukuran metokondria menjadi lebih besar.
e.
Perubahan
enzim oksidative
Aktivitas enzim
oksidatif meningkat pada latihan ketahanan. Peningkatan jumlah dan ukuran
metokondria disertai dengan peningkatan efisiensi metokondria. Pemecahan bahan
makanan secara oksidatif dan produksi ATP bergantung pada aksi enzim
metokondria. Salah satu enzim yang memegang kunci enzim oksidatif adalah succinate dehydroginase (SDH) selama
latihan terjadi peningkatan.
f.
Perubahan
pada sumber energi
Latihan aerobik,
sumber energi lebih banyak dan efisien menggunakan dari lemak. Dengan demikian
memungkinkan penyimpanan glikogen pada hati dan otot. Orang yang terlatih
(atlet) simpanan glikogen dalam otot lebih besar dari pada orang yang tidak
terlatih, sehingga orang yang terlatih lebih tahan berkativitas dan tidak cepat
lelah. Pada orang yang terlatih juga menyimpan lebih banyak trigliserida dalam
otot. Aktivitas enzim yang berperan dalam beta oksidasi yang memecah lemak, kemudian
menjadi energi juga meningkat pada latihan. Peningkatan reaksi beta oksidasi
ini meningkatkan penggunaan lemak sebagai energi dan glikogen otot lebih banyak
tersimpan (Wilmore dan Costill, 1994).
2.
Adaptasi pada latihan anaerobik
Latihan anaerobik meningkatkan ATP-PC dan
enzim glikolitik, tetapi tidak mempengaruhi enzim oksidatif. Sebaliknya pada
latihan aerobik meningkatkan enzim oksidatif tetapi tidak meningkatkan ATP-PC
dan enzim glikolitik.
a.
Peningkatan
sistem ATP-PC
Meningkatnya kapasitas ATP-PC disebabkan
oleh perubahan zat kimia, yaitu (1) meningkatkan tingkat penyimpanan ATP-PC
pada otot, (2) meningkatkan enzim kunci dalam sistem ATP-PC. Pemecahan ATP
dipermudah oleh enzim ATPase, sedangkan resintesis dipermudah dengan enzim
miokinase dan kreatin phospo kinase (CPK).
b.
Peningkatan
glikolisis anaerobik
Latihan mempunyai pengaruh yang cukup
berarti pada glikolisis anaerobik, dengan perubahan pada enzim kunci yang
mengontrol glikolisis. Sebagai contoh adalah enzim fosfofruktokinase yang
sangat penting dalam reaksi awal glikolisis. Peningkatan enzim ini, akan
mempercepat laju dan pemecahan glikogen menjadi asam laktat (Wilmore dan Costill,
1994).
Simpulan
Umumnya latihan tidak murni menggunakan
energi aerobik saja atau anaerobik saja tetapi biasanya terjadi campuran. Namun,
terdapat sistem energi predominan yang digunakan aerobik atau anaerobik. Tidak
semua pengaruh latihan dapat diharapkan dari satu program latihan. Pengaruh
latihan merupakan kekhususan untuk tipe dari latihan yang digunakan, seperti
pada program latihan aerobik atau anaerobik. Adaptasi yang terjadi pada latihan
Aerobik adalah : (1) Perubahan jenis serat otot, (2) Perubahan supplai kapiler,
(3) Perubahan kadar myoglobin, (4) Perubahan fungsi metokondria, (5) Perubahan
enzim oksidatif, (6) Perubahan pada sumber energi. Adaptasi yang terjadi pada
latihan anaerobik adalah : (1) Peningkatan sistem ATP-PC, (2) Peningkatan glikolisis
anaerobik.
DAFTAR PUSTAKA
Costil, Wilmore (1994). Physiology
of Sport and Exercise. Human
Kinetics. University
of Texas at Austin.
Edward L. Fox, Etc, (1993), The
Physiological Basis For Exercise and Sport, USA
Ethel Sloane, (2004). Anatomi dan Fisiologi, Jakarta:EGC
Kedokteran,
Gayton & Hall (2002). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta
:EGC Kedokteran,
Gillian Pocock, (2004). Human Physiology The basis Of medicine,
Oxford University Press. London.
Ilhamjaya Patellongi, dkk (2000). Fisiologi
Olah Raga. Makasar. Bagian Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanudin.
Jack H. Wilmore, (1994). Phyisiology
of Sport And Exercise, Ball
State University,
Muncie, Indiana.
Lauralee Sherwood (2001). Fisiologi Manusia dari Sel Ke Sistem,
Jakarta : EGC Kedokteran.
Soekarman, R. (1989). Dasar-Dasar Olah Raga. Jakarta: Inti
Idayu Press.
_______ (2007), retrife dari
(btc.montana.edu/.../graphics/Aerobik.JPG
_______ (2007), retrife dari
ibrary.thinkquest.org/.../media/kreb_cycle.gif
_______ (2007), retrife dari
orgs.jmu.edu/.../Image135.gif