Senin, 28 Mei 2012

tranfer keterampilan dalam motorik


TRANSFER KETERAMPILAN
BAB I

1. Pendahuluan
1.1.  Latar Belakang
Transfer ketrampilan atau sering disebut transfer of  learning adalah kesanggupan untuk menggunakan kemampuan yang telah dimiliki untuk mengerjakan tugas-tugas baru. Sebagaimana dijelaskan oleh Drowatzky(1981)Transfer Ketrampilan akan terjadi apabila hal-hal yang akan dipelajari terdapat unsur-unsur yang sepadan . Contohnya kemampuan bermain sepak bola dapat ditransfer untuk bermain sepak takraw, kemampuan bermain tenis lapangan dapat ditransfer untuk latihan bulu tangkis.
Masalah umum yang terjadi dikemukakan oleh warga masyarakat ialah, apakah hasil dalam belajar dalam kegiatan olahraga akan diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Apakah orang berjiwa sportif dalam suatu pertandingan juga berprilaku demikian dalam kehidupan bermasyarakat. Isu semacam ini sering terlontar berkaitan dengan sikap masyarakat yang semakin kritis dalam memberikan penilaian terhadap peranan sekolah atau lembaga pendidikan formal
Masalah yang lebih spesifik muncul dalam kegiatan belajar dan berlatih olahraga. Kita sering mendengar seorang atlet bulutangkis merasa takut berlatih tenis karena dia beranggapan pukulan dalam permainan tenis akan memberikan efek negatif terhadap kehalusan pukulannya dalam permainan bulutangkis. Tapi sebaliknya ada pelatih yang menganjurkan keterampilan menari penting di ajarkan pada para atlet, khususnya dalam cabang bola basket atau yang lainnya dengan anggapan, keterampilan menari dapat memupuk beberapa elemen kemampuan fisik, seperti kelincahan, koordinasi, pengusaan irama dan lain lain yang berpengaruh positif bagi perkembangan keterampilan cabang olahraga lain. Contoh yang disebutkan terdahulu kita disebut dalam istilah transfer negatif dan contoh yang disebut kemudian kita sebut transfer positif  transfer.

1.2.  Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud dengan transfer keterampilan?
2) Apa saja jenis-jenis transfer keterampilan?
3) Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya transfer keterampilan? 
1.3.  Tujuan Penulisan
1) Untuk menjelaskan pengertian transfer latihan
2) Untuk mengetahui jenis-jenis dari transfer keterampilan
3) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya transfer keterampilan














BAB II
PEMBAHASAN

Transfer keterampilan
Transfer ketrampilan atau sering disebut transfer of  learning adalah kesanggupan untuk menggunakan kemampuan yang telah dimiliki untuk mengerjakan tugas-tugas baru. Sebagaimana dijelaskan oleh Drowatzky(1981)Transfer Ketrampilan akan terjadi apabila hal-hal yang akan dipelajari terdapat unsur-unsur yang sepadan . Contohnya kemampuan bermain sepak bola dapat ditransfer untuk bermain sepak takraw, kemampuan bermain tenis lapangan dapat ditransfer untuk latihan bulu tangkis. Seperti yang dijelaskan oleh Schmidt (1988) Ketrampilan-ketrampilan motorik yang telah dikuasai dapat digunakan untuk memperlancar memepelajari ketrampilan motorik yang baru meskipun ketrampilan tersebut terdapat pada cabang olahraga yang berbeda. Transfer yang dijelaskan diatas disebut dengan transfer positif. Yaitu bila transfer ketrampilan tersebut sepadan dan saling mendukung satu sama lain.Selain transfer positif terdapat pula transfer negatif artinya bila kemampuan yang telah dimiliki menjadi hambatan unutk mempelajari ketrampilan yang baru sepeti yang dijelaskan oleh Magill(1980). Dalam belajar ketrampilan motorik juga terdapat nilai transfer negatif. Contoh transfer negatif seperti kemampuan bermain tenis lapangan terjadi transfer negatif apabila digunakan untuk belajar tenis lapangan.
A. Macam-macam transfer keterampilan
1.     Transfer positif
            Transfer yang berefek lebih baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer positif yakni belajar dalam situasi yang dapat membangtu belajar dalam situasi-situasi lain. “Memperoleh keuntungan’ berarti bahwa pemindahan atau pengalihan hasil belajar itu berperanan positif, yaitu mempermudah dan menolong dalam menghadapi tugas belajar yang lain dalam rangka kurikul di keskolah atau dalam mengatur kehidupan seharihari, transfer belajar demikian tersebut disebut “transfer positif”.
             Transfer positif, akan mudah terjadi pada diri seorang siswa apabila situasi belajarnya dibuat sama atau mirip dengan situasi sehari-sehari yang akan ditempati ssiwa tersebut kelak dalam mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari di sekolah.  Misalnya, siswa yang telah pandai membaca Al-Qur’an akan secara otomatis mudah belajar Bahasa Arab, karena ada kesamaan elemen (sama-sama bertulisan arab). Pengetahuan tentang letak geografis suatu daerah, akan sangat membantu dalam memahami masalah perekonomian yang dihadapi oleh penghuni daerah itu, ketrampilan mengendarai sepeda motor akan mempermudah belajar mengendarai kendaraan roda empat.

1.1 Terjadinya transfer belajar positif
Transfer positif  akan mudah terjadi pada diri seeorang siswa apabila situasi belajarya dibuat sama atau mirip dengan situsi yang sehari-hari yang akan ditempati siswa tersebut kelak dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan dia pelajari di sekolah. Transfer positif dalam pengertian seperti inilah sebenarya secara umum adalah terciptanya sumberdaya manusia berkualitas yang aduktif.

2.    Transfer negatif
            Transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer negatif dapat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak  atau mengalami hamnbatan terhadap ketrampilan/pengetahuan yang dipelajari.   “Mengalami hambatan” berarti bahwa pemindahan atau pengalihan hasil belajar itu berperanan negatif, yautu mempersukar dan mempersulit dalam menghadapi tugas belajar yang lain dalam rangka kurikulum sekolah, atau dalam mengatur kehidupan sehari-hari, transfer belajar yang demikian disebut “transfer negatif”. 
            Menghadapi kemungkinan terjadinya tranfer negatif itu, yang penting bagi guru adalah menyadari dan sekaligus menghindari para siswanya dari situasi-situasi belajar tertentu yang diduga keras berpengaruh negatif terhadap kegiatan belajar para siswa tersebut pada masa yang akan datang.
            Misalnya, Ketrampilan mengemudi kendaraan bermotor dalam arus lalu lintas yang bergerak disebelah kiri jalan, yang diperoleh seseorang selama tinggal di Indonesia, akan menimbulkan kesulitan bagi orang itu bila pindah ke salah satu negara Eropa Barat, yang arus lalu lintasnya bergerak di sebelah kanan jalan.   pengetahaun akan semjumlah kata dalam bahasa Jerman, akan menghambat dalam mempelajari dalam mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kepada orang lain selama bertahun-tahun sesudah tamat sekolah.
             Individu yang sudah terbiasa mengetik dengan menggunakan dua jari, kalau belajar mengetik dengan sepuluh jari akan lebih banyak mengalami kesukaran daripada orang yang baru belajar mengetik.  Artinya, ketrampilan yang sebelumnya sudah dimiliki menjadi penghambat belajar ketrampilan lainnya.

3.     Transfer vertikal
                     Transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar/pengetahuan yang lebih tinggi. Transfer vertikal (tegak lurus) dapat terjadi  dalam diri seorang siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasai pengetahuan/ketrampilan yang lebih tinggi atau rumit.
                   Misalnya, seorang ssiwa SD yang telah menguasai psrinsip penjumlahan dan pengurangan pada waktu duduk di kelas II akan mudah mempelajari perkalian pada waktu dia duduk di kelas III.


4.    Transfer lateral
                    Transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/ketrampilan yang sederajat. Tranfer lateral (ke arah samping) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk mempelajari materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Dalam hal ini, perubahan waktu dan tempat tidak mengurangi mutu hasil belajar individu tersebut.
Masalah umum yang terjadi dikemukakan oleh warga masyarakat ialah, apakah hasil dalam belajar dalam kegiatan olahraga akan diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Apakah orang berjiwa sportif dalam suatu pertandingan juga berprilaku demikian dalam kehidupan bermasyarakat. Isu semacam ini sering terlontar berkaitan dengan sikap masyarakat yang semakin kritis dalam memberikan penilaian terhadap peranan sekolah atau lembaga pendidikan formal.
Masalah yang lebih spesifik muncul dalam kegiatan belajar dan berlatih olahraga. Kita sering mendengar seorang atlet bulutangkis merasa takut berlatih tenis karena dia beranggapan pukulan dalam permainan tenis akan memberikan efek negatif terhadap kehalusan pukulannya dalam permainan bulutangkis. Tapi sebaliknya ada pelatih yang menganjurkan keterampilan menari penting di ajarkan pada para atlet, khususnya dalam cabang bola basket atau yang lainnya dengan anggapan, keterampilan menari dapat memupuk beberapa elemen kemampuan fisik, seperti kelincahan, koordinasi, pengusaan irama dan lain lain yang berpengaruh positif bagi perkembangan keterampilan cabang olahraga lain. Contoh yang disebutkan terdahulu kita disebut dalam istilah transfer negatif dan contoh yang disebut kemudian kita sebut transfer positif transfer
Transfer latihan atau keterampilan merupakan salah satu topik penting dalam konteks belajar dan berlatih ketrampilan olahraga. Hal itu berdasarkan asumsi bahwa hasil belajar dalam suatu keterampilan dapat memberikan pengaruh posisitif atau negative terhadap keterampilan lainnya bagi kitadisamping definisi transfer itun sendiri, juga prinsip prinsip umum yang melandasi fenomena transfer. Dengan kata lain apakah karakteristik umum yang memungkinkan terjadi transfer dari satu keterampilan ke lainnya.
B. Transfer dalam penguasaan keterampilan
Transfer latihan yang terjadi apabila kebiasaan yang telah terbentuk sebelumnya memberikan pengaruh terhadap penguasaan, penampilan atau relearning dari kebiasaan berikutnya (Mc Geoch dan Irion, 1952). Sebagai contoh, seseorang yang terampil  dalam cabang olahraga loncat indah, kondisi tersebut disebut transfer positif. Sebaliknya, merosotnya kecermatan pukulan seseorang dalam bulutangkis setelah dia berlatih tenis dianggap sebagai penyebab menurunnya keterampilan bulutangkis.
Pengujian ada tidaknya transfer  dari satu keterampilan ke keterampilan lain dilakukan melalui prosedur penelitian. Metode yang dianggap paling tepat dan teliti adalah metode eksperimen. Di samping itu validitas kesimpulan yang diperoleh terutama tergantung pada desain eksperimen. Seperti kita ketahui, desain eksperimen sangat menentukan bagaimana prosedur pengontrolan variable variable di dalam eksperimen.
Oxendine (1984) misalnya, mengetengahkan contoh desain eksperimen untuk meneliti masalah transfer sebagai berikut:           
Kelompok eksperimen            Belajar Tugas A--------------------------------- ----------------------------------Dites Tugas B
Kelompok control tidak belajar tugas A, atau melakukan tugas lain yang tidak relevan--------Dites Tugas B
Interprestasinya adalah sebagai berikut: jika penampilan kedua kelompok sama dalam tugas B dapat disimpulkan bahwa tidak ada transfer dari Tugas A ke B. Bila kelompok eksperimen lebih baik dalam tugas B dari pada kelompok control, dapat disimpulkan bahwa terdapat transfer dari tugas A ke B. tipe desain yang kedua untuk meneliti tipe transfer retroaktif – efek latihan tugas khusus terhadap penguasaan tugas gerak sebelumnya adalah sebagai berikut:

Kelompok                               Belajar--------------Belajar--------------Tes Tugas
Eksperimen                             Tugas A                Tugas B                 A


Kelompok                               Belajar--------------Istirahat-------------Tes Tugas
Kontrol                                    Tugas  A                                              A


Desain eksperimen tersebut bertujuan untuk mengungkapkan efek latihan B terhadap penguasaan atau retensi terhadap tugas A. Jika kelompok eksperimen lebih baik dalam tugas A, ini berarti tugas B memberikan pengaruh yang nyata terhadap retensi atau penguasaan tugas A.

            Meskipun isu transfer itu seolah-olah baru bagi kita, tapi konsep transfer yang dikembangkan dalam psikologi mulai dikembangkan menjelangg abad ke-20. Pada permulaan abad ke-20, konsep disiplin formal amat dominan. Selanjutnya, konsep transfer itu sendiri juga dominan, baik di Eropa maupun di Amerika. Pokok-pokok ide  dalam teori disiplin formal iti memandang mental manusia terdiri dari seperangkat faculty, seperti kemampuan membuat alasan, kemauan, dan lain-lain. Penganut teori tersebut berpendapat, mental faculty itu akan berkembang apabila dilatih, seumpama otot yang mendapatkan latihan sehingga semakin kuat, cepat, dan fleksibel. Agar kemampuannya berkembang, latihan diberikan dengan menerapkan prinsip overload. Analogi ini kurang didukung oleh bukti-bikti empirik (oxendine, 1984).
            Jika kita telusuri kembali selayang pandang sejarah eksperimen dalam masalah transfer, studi ilmiah dalam bidang tersebut mula-mula dilakukan oleh William James, dan kemudian oleh E. L. Thorndike (1890). Eksperimen mereka ialah tentang bagaimana kemampuan memori seorang menghafal puisi Victor Hugo. Setelah subyek mempelajari puisi lainnya, kemampuannya untuk mempelajari puisi Victor Hugo dites. Perbedaan kedua kelompok tipis sekali.
            Thorndike (1913) mengembangkan teori elemen yang identik yang pada dasarnya menjelaskan yakni hanya ketrampilan, pengetahuan atau teknik yang spesifik yang ditransfer. Yang dimaksud dengan elemen yang identik adalah “proses mental yang dimiliki kesamaan sel otak penggerak untuk berbuat”.
            Teori Judd tentang prinsip-prinsip transfer agak berbeda dengan teori Thorndike terutama tentang  hakikat transfer. Teori Judd menekankan prinsip dasar dan hukum, juga tentang ketrampilan khusus, dan transfer ide umum ke situasi yang baru.
            Dalam konteks ketrampilan motorik, terdapat beberapa istilah :
1.       Transfer spesifik  jika suatu ketrampilan khusus ditransfer ke situasi lain (misalnya,   keterampilan menari ditransfer ke senam)
2.      Transfer nonspesifik, yakni hal-hal yang bersifat umum terbawa pada situasi berikutnya (misalnya, kemampuan yag diperolrh dari pendidikan terbawa untuka mampu memecahkan masalah)
3.      Transfer antar tugas (task)
4.      Transfer umum diantara beberapa keterampilan (misalnya, kemampuan voli dalam tenis mempengaruhi kemampuan voli dalam bola voli, atau stance dalam start lari mempengaruhi stance dalam permainan rugby)
5.      Transfer kontralateral, yakni transfer keteramppilan dari satu sisi tubuh ke sisi lainnya (misalnya, keterampilan tangan kiri ditransfer ke tangan kanan).

Beberapa hasil penelitian tentang transfer kontralateral sebagai berikut: keterampilan tangan kiri ditransfer ke tangan kanan dalam keterampilan memukul atau menendang (Bryantt, 1892); transfer keterampilan halus, misalnya tulisan tangan, (Cook, 1934; Baker, 1950); otot-otot antagonis berkembang bersama otot protagonis (Hellebrant, 1962). Ammons (1958) selanjutnya menjelaskan transfer kontralateral diperlancar oleh petunjuk-petunjuk khusus atau “clue” yang bersifat visual, pengetahuan tentang posisi tubuh, teknik gerakan mata, percaya diri, dan efek relaksasi. Johnson (1960) mengatakan, perbaikan hasil belajar dalam proses transfer kontralateral terjadi karena keterbiasaan menghadapi masalah, perbaikan belajar dan meningkatkan percaya diri. Sehubungan dengan masalah kontralateral ini, memang ada bukti-bukti empirik yang mendukung kebenarannya. Tapi untuk kebutuhan praktis, jika kita ingin melatih keterampilan tangan kanan, maka latihan tangan kanan. Demikian sebaliknya. Jika ingin terampil kedua-duanya, yang dilatih bukan saja tangan kanan tapi juga tangan kiri.
            Belajar merupakan hasil komulatif. Ini berarti, apa yang diperoleh seseorang pada saat sekarang juga dipengaruhi oleh kondisi dasar dalam pembentukan gerak. Ide ini sejalan dengan konsep perkembangan keterampilan sebagai susunan dari beberapa “block”. Berkaitan dengan dengan ide tersebut, ini berarti mesti ada persyaratan pokok dalam belajar yang sebelumnya harus dikuasai oleh seseorang sebelum ia mempelajari suatu kegiatan lainnya. Karena itu, yang penting untuk diperhatikan adalah peletakan dasar keterampilan pengetahuan dan bahkan sikap yang baik yang kelak berfungsi sebagai landasan yang lias dan kukuh bagi perkembangan seseorang pada waktu berikutnya. Dengan kata lain, semakin kukuh landasan keterampilanyang terbina pada waktu sebelumnya, semakin besar peluang bagi pengembangan penguasaan dalam berbagai macam tugas (oxendine, 1984).
            Berkenaan dengan masalah transfer, satu hal yang perlu kita pahami ialah, transfer tidak terjadi secara otomatis. Terdapat beberapa ciri yang memungkinkan terjadinya transfer, yaitu:
1.      Transfer terjadi pada tugas yang serupa; Vincent (1968) misalnya mengungkapkan transfer terjadi dalam keadaan ada kesamaan pada elemen perseptual. Konsep-konsep yang  “meaningful” lebih mudah dipakai (Oxendine, 1984).
Pernyataan diatas mengamdung implikasi pada pembinaan, seperti dalam isu sebagai berikut: bagaimanakah caranya mengembangkan sifat-sifat tertentu (misalnya keuletan, kegigihan, dan sebagainya)? Apakah ada sifat-sifat dasar yang kemudian mempengaruhi perkembangan sifat lainnya (misalnya, kebiasaan tertib dan bersih di sekolah akan berpengaaruh terhadap seluruh pola perilaku dalam kegiatan lainnya).
2.      Transfer tidak berlangsung secara otomatis.
3.      Transfer negatif dapat dipakai untuk merombak kebiasaan lama (misalnya, tugas B diberikan untuk merombak kebiasaan yang sudah mapanhasil belajar tugas A).
4.      Transfer positif dapat diterapkan untuk memperkuat kebiasaan yang telah mapan.







BAB III
KESIMPULAN

Transfer ketrampilan merupakan kesanggupan untuk menggunakan kemampuan yang telah dimiliki untuk mengerjakan tugas-tugas baru. Sebagaimana dijelaskan oleh Drowatzky(1981)Transfer Ketrampilan akan terjadi apabila hal-hal yang akan dipelajari terdapat unsur-unsur yang sepadan . Contohnya kemampuan bermain sepak bola dapat ditransfer untuk bermain sepak takraw, kemampuan bermain tenis lapangan dapat ditransfer untuk latihan bulu tangkis. Seperti yang dijelaskan oleh Schmidt (1988) Ketrampilan-ketrampilan motorik yang telah dikuasai dapat digunakan untuk memperlancar memepelajari ketrampilan motorik yang baru meskipun ketrampilan tersebut terdapat pada cabang olahraga yang berbeda. Transfer yang dijelaskan diatas disebut dengan transfer positif. Yaitu bila transfer ketrampilan tersebut sepadan dan saling mendukung satu sama lain.Selain transfer positif terdapat pula transfer negatif artinya bila kemampuan yang telah dimiliki menjadi hambatan unutk mempelajari ketrampilan yang baru sepeti yang dijelaskan oleh Magill(1980). Dalam belajar ketrampilan motorik juga terdapat nilai transfer negatif. Contoh transfer negatif seperti kemampuan bermain tenis lapangan terjadi transfer negatif apabila digunakan untuk belajar tenis lapangan.











DAFTAR PUSTAKA

Lutan, Rusli, 1988. Belajar Keterampilan Motorik. Pengantar Teori dan Metode. Jakarta

Minggu, 20 Mei 2012

pertumbuhan dan perkembangan motorik anak kecil


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Kemampuan motorik adalah kemampuan untuk melakukan gerakan. Kemampuan motorik diawali dengan koordinasi tubuh seperti duduk, merangkak, berdiri, dan diakhiri dengan berjalan. Perkembangan ini merupakan pengendalian gerakan yang terkoordinasi antara pusat syaraf dan otot.
Perkembangan fisik dan perkembangan gerak merupakan dua aspek yang hanya bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Perkembangan dan pertumbuhan fisik sangat menentukan terhadap kemampuan fisik untuk melakukan gerakan - gerakan. Makin baik kualitas fisiknya, maka makin baik pula perkembangan untuk menguasai berbagai macam gerakan.
Perkembangan fisik dan gerak bayi merupakan kelanjutan dari perkembangan yang telah terjadi pada masa janin yang masih berada didalam kandungan ibunya. Pertumbuhan dan pematangan akan mempengaruhi perkembangan perilaku bayi jika perkembangan perilaku tersebut bisa disempurnakan melalui proses belajar dalam bentuk dan rangsangan.
Perkembangan fisik bayi baik sebelum dilahirkan maupun sesudah akan mengalami perubahan terus menerus dalam bentuk dan proporsi ukuran bagian tubuhnya sejalan dengan pertambahan ukuran yang menjadi besar, panjang maupun tinggi. Dalam setiap fase perkembangan bayi dapat dimaksimalkan dengan cara - cara dan rangsangan tertentu tergantung dari kesiapan fisik dan umur. Itu semua dimulai dari periode prenatal atau masa sebelum lahir adalah periode awal perkembangan manusia. Periode prenatal merupakan periode awal yang sangat menentukan pola perkembangannya pada periode – periode selanjutnya.
B.  Rumusan Masalah
1.      Seperti apakah pertumbuhan dan perkembangan fisik anak kecil ?
2.      Seperti apakah pertumbuhan dan perkembangan motorik anak kecil ?
C.  Tujuan
1.      Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan fisik anak kecil.
2.      Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan motorik anak kecil.




BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pertumbuhan fisik
Yang disebut anak kecil adalah anak yang berusia antara 2 sampai 6 tahun. Ada yang berpendapat bahwa masa anak kecil sudah mulai sejak anak kecil usia 1 tahun. Pendapat ini beralasan dan alasannya juga bisa diterima. Yang jelas bahwa individu disebut anak kecil sesudah ia mampu berjalan sendiri, berada pada umur berapa anak mulai bisa berjalan sendiri berbeda-beda. Ada yang mulai berjalan umur  1 tahun dan ada pula umur 2 tahun bahkan lebih. Umur 2 tahun dipakai sebagai batasan mulainya anak kecil  berdasarkan perhitungan bahwa pada umur 2 tahun pada umumnya anak sudah mulai berjalan. Di samping pertimbangan alasan tersebut, ada alasan lain yang menjadi pertimbangan yaitu bahwa mulai umur 2 tahun ada kecenderungan sifat pertumbuhan yang cukup jelas membedakan dengan sifat pertumbuhan pada masa sebelumnya. Pada masa bayi yaitu umur sampai 2 tahun pertumbuhan relatif cepat, dan sesudahnya kecepatan relatif menurun. Sampai umur 1 tahun pertumbuhan fisik bisa kurang lebih 20%, pada tahun kedua kurang lebih 12%, pada tahun ketiga kurang lebih 9%, pada tahun keempat 7%, pada tahun kelima 6,5% dan pada tahun ke enam 5,5%.
Pada masa anak kecil  pertumbuhan tinggi dan berat badan relatif menurun kecepatannya dibanding masa sebelumnya.  Tinggi badan dan berat badan sama2 meningkat, tetapi presentase peningkatannya berbeda.  Presentase tinggi badan bisa mencapai 2 kali lipat. Apabila antara anak laki laki dengan anak perempuan dibandingkan, ada beberapa hal yang bisa diidentifikasi, yaitu : 
-       Anak laki laki pada umunya cenderung sedikit lebih tinggi dan lebih besar dibanding anak perempuan.
-       Proporsi rata rata seimbang, atau kecepatan pertumbuhan sama
-       Perbandingan lebar bahu dan lebar panggul belum ada perbedaan.
Pertumbuhan tulang, otot, jaringan lemak tubuh didalam membentuk peningkatan pertumbuhan fisik ada kecenderungan berbeda dibanding pada masa bayi atau pada masa dewasa. Beberapa kecenderungan tersebut adalah:
-       Peningkatan berat badan sampai awal tahun kelima lebih banyak dihasilkan dari pertumbuhan tulang dibanding yang dihasilkan dari pertumbuhan jaringan otot dan lemak. Hal ini terjadi karena cepatnya proses pertumbuhan tulang pada masa ini.
-       Sampai pada awal tahun kelima peningkatan jaringan otot hanya kecil, tetapi sesudahnya terjadi peningkatan yang lebih cepat. Peningkatan jaringan otot yang lebih cepat mulai tahun kelima menghasilkan peningkatan potensi yang lebih besar untuk melakukan berbagai macam aktifitas fisik. Peningkatan berat badan pada umur antara 5 dan 6 tahun lebih banyak di hasilkan dari peningkatan jaringan otot.

B.  Perkembangan Kemampuan Fisik
Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil bisa diidentifikasi dalam beberapa hal. Sifat perkembangan fisik yang bisa diamati adalah sebagai berikut:
1.    Terjadi perkembangan otot –otot besar cukup cepat pada 2 tahun terakhir masa anak kecil. Hal ini memungkinkan anak melakukan berbagai gerakan yang lebih leluasa yang kemudian bisa dilakukannya bermacam-macam keterampilan gerak dasar. Beberapa gerak dasar misalnya berlari, meloncat, melempar, menangkap, dan memukul berkembang secara bersamaan tetapi dengan perkembangan yang berlainan. Ada yang lebih cepat dikuasai dan ada yang baru dikuasai kemudian.
2.    Dengan berkembangnya otot-otot besar, terjadi pulalah perbedaan kekuatan yang cukup cepat, baik pada anak laki-laki maupun perempuan.
3.    Pertumbuhan kaki dan tangan yang secara proporsional lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan bagian tubuh lainnya, ini diakibatkan peningkatan daya ungkit yang lebih besar didalam melakukan gerakan yang melibatkan tangan dan kaki. Daya ungkit yang meningkat akan meningkatkan kecepatan dalam bergerak. Hal ini dapat menunjang terbentuknya bermacam-macam keterampilan gerak dasar.
4.    Terjadi peningkatan koordinasi gerak dan keseimbangan yang cukup cepat. Koordinasi gerak yang meningkat dan disertai dengan daya ungkit kaki dan tangan yang semakin besar, menjadikan anak mampu menggunakan kekuatannya didalam melakukan aktivitas. Sedangkan meningkatnya keseimbangan tubuh meningkatkan pada keluasan rentangan gerak dalam melakukan gerakan keterampilan.
5.    Meningkatnya kemungkinan dan kesempatan melakukan berbagai macam aktivitas gerak fisik yang bisa merangsang perkembangan pengenalan konsep-konsep dasar objek, ruang, gaya, waktu, dan sebab akibat. Melalui gerakan fisik anak kecil mulai mengenali konsep dasar objek yang berada di luar dirinya. Misalnya karena bisa menyepak, mulai ia menyepak objek yang ada di dekatnya . kalau yang disepak adalah benda bulat yang kemudian akan dikenal sebagai bola, maka anak menjadi mengenali konsep tentang bola yang bisa disepak.
Pengenalan anak kecil terhadap konsep-konsep tersebut tentu masih pada taraf yang sangat sederhana dan belum bisa menjelaskannya. Pengenalan akan semakin kompleks dengan makin banyaknya pengalaman mereka. Pengenalan konsep-konsep tersebut sangat berguna untuk perkembangan koordinasi dan kontrol tubuh.
Bagi anak kecil aktivitas gerak fisik dan pengalaman yang diperoleh di dalamnya bukan hanya bermanfaat untuk perkembangan fisik, perkembangan fungsi organ-organ tubuh, dan perkembangan kemampuan gerak, melainkan juga bermanfaat untuk perkembangan intelektualnya. Sebelum mampu membaca, menulis, dan berhitung anak kecil akan lebih banyak mengekspresikan buah pikirannya melalui aktivitas fisik.

C.  Perkembangan Gerak
Perkembangan gerak anak kecil merupakan kelanjutan dari perkembangan gerak yang telah terjadi pada masa bayi. Pada akhir masa bayi, anak mulai bisa berjalan sendiri, memegang suatu objek dan memainkannya secara sederhana. Dengan mulainya anak bisa berjalan dan memainkan suatu objek walaupun baru secara sederhana, kemampuan tersebut menjadi modal perkembangan selanjutnya. Dengan modal kemampuan gerak tersebut, telah memungkinkan bagi anak untuk melakukan aktivitas fisik untuk menejelajahi ruang lebih luas. Anak bisa berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dan bisa mengambil sesuatu untuk kemudian menggunakannya untuk bermain-main. Kemungkinan melakukan aktivitas seperti tersebut sengat menntukan perkembangan gerak selanjutnya.
Pada masa anak kecil, perkembangan gerak yang terjadi adalah berupa peningkatan kualitas penguasaan pola gerak yang telah bisa dilakukan pada masa bayi, serta peningkatan variasi berbagai macam pola-pola gerak dasar. Kemampuan berjalan dan memegang akan semakin baik dan bisa dilakukan dengan berbagai macam variasi gerakan.
Peningkatan kemampuan gerak terjadi sejalan dengan meningkatnya kemampuan koordinasi mata, tangan, dan kaki. Perkembangan gerak bisa terjadi dengan baik apabila anak memperoleh kesempatan cukup besar untuk melakukan aktivitas fisik dalam bentuk gerakan-gerakan yang melibatkan keseluruhan anggota-anggota tubuh.
Mengenai perbandingan kemampuan gerak antara anak laki-laki dengan anak perempuan secara umum hanya kecil atau hampir tidak berbeda, tetapi bila dilakukan pengukuran atau penilaian terhadap beberapa macam kemampuan gerak, ada kecenderungan bahwa dalam beberapa hal anak laki-laki lebih mampu atau lebih baik penguasaannya, sementara dalam beberapa hal yang lain anak perempuan justru yang lebih mampu.

D.  Perkembangan Kemampuan Gerak Dasar
Pada masa anak kecil, perkembangan fisik berada pada suatu tingkatan dimana secara organis telah memungkinkan untuk melakukan beberapa macam gerak dasar dengan beberapa variasinya. Ukuran fisik yang semakin tinggi dan semakin besar, serta peningkatan jaringan otot yang cepat pada tahun-tahun terakhir masa ini telah memungkinkan bagi anak lebih mampu mempelajari ruang yang lebih luas, serta menjangkau objek-objek yang berada di sekitarnya. Kemungkinan menjelajah tersebut memacu berkembangnya kemampuan melakukan beberapa macam gerakan.
Perkembangan keterampilan dasar anak-anak adalah sebuah proses penghalusan keterampilan-keterampilan, oleh karena itu mereka mamakai berbagai cara yang secara mekanik efisien. Proses ini sering meliputi perubahan kualitatif dalam keterampilan, seperti melakukan langkah ke depan pada saat melempar. Beberapa ahli mendiskripsikan perkembangan dari suatu keterampilan utama melalui tahap demi tahap. Pernyatan ini didasarkan pada perubahan kualitatif melaui ciri-ciri keterampilan yang utama, dimana ditandai dengan bagaimana kelanjutan ketelitian anak-anak menggunakan prinsip-prinsip mekanik secara efisien. Sebagai contoh dari perubahan penting yang ditandai dengan pencapaian sebuah level baru, yaitu pada saat menggunakan ayunan kaki pada saat berjingkat atau menggunakan tangan dan kaki secara berlawanan saat berlari. Dengan kata lain dapat dijelaskan, tahap-tahap didasarkan pada perubahan kualitatif bagaimana kinerja anak, daripada perubahan kinerja kuantitatif seperti jauhnya anak dalam berjingkat, atau berlari dengan cepat.
Gerakan berjalan dan memegang yang telah bisa dilakukan pada akhir masa bayi terus makin dikuasai pada masa anak kecil. Selain makin dikuasainya gerakan-gerakan lain yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari gerakan berjalan dan memegang. Beberapa macam gerak dasar dan variasinya yang semakin dikuasai atau mulai bisa dilakukan, yaitu:
1.    Berjalan
Perkembangan kemampuan gerak berjalan berhubungan dengan peningkatan kekuatan kaki, keseimbangan, dan koordinasi bagian-bagian tubuh yang mendukung mekanisme keseimbangan. Kekuatan kaki diperlukan untuk mendukung beban berat tubuh, keseimbangan diperlukan untuk menjaga tubuh tidak roboh. Untuk menjaga keseimbangan pada saat memindahkan titik berat badan ke kaki depan yang melangkah, koordinasi antar kaki dengan anggota tubuh bagian atas terutama tangan sangat diperlukan. Perkembangan yang baik dalam hal kekuatan kaki, keseimbangan, dan koordinasi antara kaki dengan tubuh bagian atas sangat menunjang kemampuan anak melakukan berbagai variasi gerakan berjalan.
2.    Berlari
Gerakan berlari merupakan perkembangan dari gerakan berjalan. Gerakan dasar anggota tubuh pada saat berlari menyerupai gerakan berjalan. Perbedaannya terletak ada irama ayunan langkah, pada lari iramanya lebih cepat dan ada saat-saat melayang.
Untuk meningkat menjadi mampu berlari sesudah mampu berjalan, diperlukan peningkatan kekuatan kaki dan koordinasi yang lebih baik antara otot-otot penggerak dengan otot-otot yang berlawanan pada saat kaki melangkah. Kekuatan kaki yang lebih besar diperlukan untuk menjejakkan satu kaki tumpu agar terjadi gerakan melayang, dan untuk menahan berat badan pada saat kaki lainnya mendarat dan dilanjutkan menjejak untuk gerakan langkah berikutnya. Koordinasi yang baik antara otot-otot penggerak dengan otot-otot yang berlawanan diperlukan agar perpindahan dari satu langkah-langkah berikutnya yang relatif cepat bisa dilakukan dengan lancar atau tidak terputus-putus.
Karakteristik bentuk gerakan berlari yang mula-mula bisa dilakukan oleh anak-anak adalah:
a.    Gerakan langkah masih terbatas rentanyannya.
b.    Ayunan lenggang tangan terbatas siku dan arahnya tidak sepenuhnya ke depan dan ke belakang, melainkan cenderung ke arah samping.
3.    Mendaki
Bersamaan dengan pada saat anak belajar merangkak, ia juga belajar mengangkat tubuh dan hal ini terjadi sebelum bisa berjalan. Setelah bisa berjalan anak berusaha untuk mendaki, misalnya mendaki tangga rumah. Mula-mula anak bisa melakukan apabila dibantu dipegangi orang dewasa, kemudian berusaha melakukan sendiri apabila ada pegangannya. Perkembangan selanjutnya anak mampu melakukan sendiri tanpa perlu menggunakan pegangan dengan gerakan seperti berjalan.
Perkembangan kemampuan gerak mendaki tidak dibarengi dengan perkembangan kemampuan gerak turun dari tempat yang didaki. Seringkali bisa dijumpai anak kecil yang mula-mula berhasil memanjat kursi sendiri dengan cara seperti mearangkak, setelah berada di atas kursi ia menangis karena tidak bisa turun sendiri. Ia memerlukan bantuan orang lain untuk bisa turun dari kursi. Taraf perkembangan selanjutnya ia menjadi bisa turun sendiri dengan cara mundur dimana bentuk gerakannya seperti pada saat memanjat tetapi dengan arah mundur.
4.    Meloncat dan Berjengket
Kemampuan gerak meloncat dan berjengket berkembang secara bersamaan. Pola gerak meloncat dan berjengket merupakan perkembangan dari kemampuan gerak berjalan dan berlari. Perkembangan pola gerak tersebut berupa modifikasi atau penyesuaian dalam beberapa bentuk gerak dan identitas kemampuan fisik yang diperlukan untuk mendukung gerakan.
Gerakan meloncat mula-mula tampak atau bisa terbentuk dari gerakan berjalan atau melangkah dari tempat yang agak tinggi ke tempat yang lebih rendah, misalnya menuruni tataran tangga rumah atau turun dari bangku. Apabila anak berdiri di atas bangku pendek dan ingin turun dengan cara melangkah, maka pada saat dia melangkah turun akan terjadi loncat kecil karena kaki tumpu belum mampu meahan berat badan dengan menekuk lutut sampai kaki yang melangkah menapak di lantai. Gerakan seperti bisa membentuk gerakan meloncat.
Penguasaan gerakan meloncat berkembang sejalan dengan peningkatan kekuatan kaki serta keseimbangan dan koordinasi tubuh. Gerakan meloncat yang mula-mula dikuasai adalah dengan cara menumpu dengan satu kaki dan mendarat dengan satu kaki yang lain. Gerakan yang dikuasai kemudian adalah menumpu dengan kedua kaki bersama-sama. Gerakan meloncat dengan tumpuan kedua kaki dan mendarat dengan dua kaki baru dikuasai lebih kemudian.
Gerakan berjengket lebih sukar dibandingkan dengan gerakan meloncat. Berjengket adalah gerakan meloncat dimana loncatan dilakukan dengan tumpuan satu kaki dan mendarat dengan satu kaki yang sama. Dengan bentuk gerakan itu jelas bahwa diperlukan kekuatan kaki yang lebih besar, disamping diperlukan keseimbangan dan koordinasi yang lebih baik.
Gerakan berjengket pada umumnya mulai bisa dilakukan pada usia kurang lebih 4 tahun. Namun, gerakannya masih belum baik. Kekuatan kaki, koordinasi dan keseimbangan tubuh masih belum memadai untuk bisa melakukannya dengan baik. Gerakan berjengket mulai bisa dilakukan dengan baik pada usia kurang lebih 6 tahun. Pada saat kaki tumpu meloncat, kaki yang diangkat mengayun ke depan menunjang lajunya gerakan.
Setelah menguasai gerakan berjengket, pada umumnya anak-anak senang melakukannya dengan berbagai variasi, misalnya melakukannya dengan arah gerakan ke depan, ke samping, ke belakang, atau dengan arah yang berubah-ubah.


5.    Mencongklang dan Lompat Tali
Gerakan mencoklang atau lari seperti langkah kuda dan lompat tali merupakan variasi gerakan berjalan, berlari meloncat, dan berjengkat. Mencongklang terbentuk dari kombinasi gerakan berjalan atau berlari dengan meloncat, sedangkan lompat tali terbentuk dari kombinasi antara gerakan melangkah dengan berjengket.
Karena gerakan mencongklang dan lompat tali merupakan variasi dari gerakan berjalan, berlari, meloncat, dan berjengket, maka kedua gerakan tersebut baru dikuasai sesudah dikuasainya gerakan-gerakan yang divariasikan. Gerakan mencongklang mulai bisa dilakukan dengan lancar pada usia lebih 6,5 tahun. Gerakan loncat tali dikuasai sesudahnya.
6.    Menyepak
Gerakan menyepak mulai bisa dilakukan oleh anak anak setelah mereka mampu mempertahankan keseimbangan tubuhnya dalam posisi berdiri pada satu kaki sementara satu kaki lainnya diangkat dan di ayun kedepan.
Pada usia kurang lebih 2 tahun mekanisme keseimbangan tubuh dalam sikap berdiri sudah semakin baik pada usia ini anak sudah mampu mempertimbangkan keseimbangan tubuh dengan bertumpuh pada satu kaki dan satu kaki melakukan gerakan mengayun menyerupai gerakan menyepak. Gerakan menyepak merupakan mula-mula hanya bisa dilakukan dengan ayunan kaki yang terbatas. Sepakan hanya berupa ayunan kedepan langsung dari posisi menapak. Tidak ada awalan yang berupa gerakan mengayun kebelakang sebelum di ayun kedepan.
Kemampuan melakukan gerakan menyepak pada anak kecil berkembang berjalan dengan meningkatnya kekuatan kaki, keseimbangan dan koordinasi tubuh. Gerakan ini mulai bisa dilakukan dengan lancar atau baik pada usia kurang lebih 6 tahun. Pada usia ini pada umumnya anak anak sudah mampu gerakan menyepak yang dimulai dengan ayunan kaki belakang sebagai awalan dan disertai dengan gerakan ikutan sesudah kaki mengenai obyek yang disepak. Selain itu mekanisme menjaga keseimbangan tubuh yang berupa ayunan tangan dan kecondongan tubuh menyesuaikan dengan ayunan kaki sudah mulai efektif.
7.    Melempar
Pada umur kurang lebih 6 bulan bayi sudah bisa memegang benda kecil kemudian melepaskannya seolah olah melempar. Gerakan seperti itu belum bisa dikatakan sebagai gerakan melempar dalam arti sebenarnya. Melempar adalah gerakan mengarahkan suatu benda yang dipegang dengan cara mengayunkan tangan kearah tertentu. Gerakan ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan tangan dan lengan serta memerlukan koordinasi beberapa unsur gerakan, misalnya antara ayunan lengan dengan gerakan jari-jari yang harus melepaskan benda yang dipegang pada saat yang tepat. Untuk melakukannya dengan baik perlu pula koordinasi gerak yang baik dengan gerakan bahu, togok dan kaki.
Gerakan melempar mulai bisa dilakukan oleh anak usia kurang lebih 2 tahun. Tetapi gerakannya masih kaku dan koordinasinya belum baik. Penempatan posisi kaki dan togok masih belum benar dan cenderung seperti berdiri biasa. Gerakan hanya terbatas pada ayunan lengan dan sedikit gerakan badan.
Kemampuan melakukan gerakan melempar terus berkembang, dan pada usia 6 atau 6,5 tahun bentuk gerakannya sudah baik. Koordinasi gerak antara ayunan lengan, jari tangan, togok, dan kaki sudah bisa membentuk gerakan yang efisien.
8.    Menangkap
Awal dari usaha untuk menangkap yang dilakukan anak kecil adalah berupa gerakan tangan untuk menghentikan suatu benda yang menggulir di lantai, yang ada didekatnya. Pada anak kecil yang bermain-main bola akan berusaha menangkap bola yang menggulir di didekatnya. Apabila aktivitas itu dilakukan berulang-ulang akan terjadi sinkronisasi gerakan tangan denagn kecepatan bola yang datang atau menggulir di dekatnya. Perkembangan ini menjadikan anak mampu menangkap.
Menangkap benda yang menggulir lebih mudah dari pada menangkap benda yang melambung. Oleh karena itu, kemapuan menangkap benda yang dilambungkan akan berkembang sesudah  mampu menangkap benda yang digulirkan. Dalam usaha menangkap benda yang dilambungkan, pada mulanya anak kecil hanya menjulurkan tangannya lurus ke depan dengan telapak tangan terbuka menghadap ke atas. Kemampuan menyesuaikan posisi tubuh dan tangan dengan posisi dimana benda datang masih belum dimiliki. Karena itu usaha menangkap yang dilakukan biasanya gagal. Hal tersebut terjadi pada anak-anak berusia kurang lebih 3 tahun.
Kemampuan menangkap berkembang sejalan dengan kemampuan anak untuk menaksir kecepatan dan jarak benda yang akan ditangkap serta kecepatan reaksi gerak tangannya. Anak semakin mampu bergerak menyesuaikan tubuh dan tangannya sesuai dengan benda yang akan ditangkap. Gerakan tangan menjadi semakin efektif dan tidak kaku. Untuk menyesuaikan terhadap benda yang ditangkap, anak menarik siku dan menekuk siku ke samping badan. Pada usia 5-6 tahun gerakan menangkap sudah semakin baik, tetapi untuk menguasai gerakan ini dengan baik baru dicapai pada usia kurag lebih 8 tahun.
9.    Memantul-mantulkan Bola
Gerakan memantul-mantulkan bola bisa terbentuk pada anak kecil apabila mereka telah memperoleh kesempatan bermain-main dengan bola. Gerakan ini terbentuk mula-mula dari gerakan menjatuhkan bola yang dipegang. Apabila anak menjatuhkan bola yang dipegang dan ternyata bola itu memantul ke atas, maka ia akan berusaha menangkapnya. Pada mulanya ia belum berhasil menangkapnya, tetapi dengan melakukannya berulang-ulang ia akan berhasil. Begitu berhasil ia akan dengan senang mengulanginya.
Kemampuan memantulkan bola berulangkali tanpa menangkap berkembang sejalan dengan kemampuan mengontrol kekuatan tangan dan atau tegaknya bola. Pada mulanya anak berusaha memantul-mantulkan bola menggunakan satu tangan. Cara memantulkannya dengan gerakan seperti menepuk-nepuk dan tangannya kaku. Hal ini umumnya dilakukan oleh anak-anak usia kurang lebih 3 tahun. Dengan menungkatnya kekuatan tangan dan koordinasi antara mata dan tangan maka kemampuan memantul-mantulkan bola ini meningkat.
Penguasaan gerakan memantul-mantulkan bola menggunakan satu tangan berkembang lebih awal dibanding menggunakan dua tangan. Karena dengan menggunakan dua tangan membutuhkan koordinasi dan sinkronisasi antara tangan kanan dan tangan kiri. Di samping itu pengaturan posisi badan juga lebih sukar.
Besarnya bola yang digunakan ada pengaruhnya terhadap tingkat penguasaan gerakan. Hal ini berkaitan dengan ukuran dan kekuatan tangan. Anak kecil lebih mudah memantul-mantulkan bola yang agak kecil dari pada menggunakan bola yang besar.
10.    Memukul
Gerakan memukul mula-mula muncul pada bayi dalam bentuk yang masih menyerupai gerakan mendorong yang biasanya dilakukan apabila bayi menunjukkan kemarahannya. Seperti bisa dilihat misalnya pada bayi yang disuapi padahal ia tidak mau, amka ia mengayunkan tangannya berusaha menepis atau mendorong sendok yang akan disuapkan. Juga misalnya bayi yang akan digendong oleh seseorang dan ia tidak mau, maka bisa dilihat ia menolak dengan cara mengerakkan tangannya seperti gerakan memukul ke arah depan bawah dengan telapak tangan terbuka sehingga seperti gerakan mendorong. Ggerakan seperti itu akan berkembang menjadi gerakan memukul dalam arti yang sebenarnya.
Gerakan memukul dalam arti yang sebenarnya misalnya memukul bola, anak kecil mula-mula berusaha dengan gerakan mengayunkan tangannya dengan lengan lurus ke arah depan atas. Gerakan yang berkembang kemudian adalah memukul dari arah samping ke arah depan. Memukul bola di atas kepala berkembang lebih kemudian. Demikian juga perkembangan gerak memukul memakai alat misalnya raket bulutangkis. Anak-anak yang bermain-main bulutangkis, mula-mula mereka memukulkan raket di depan badan ke atas. Perkembangan selanjutnya mereka berusaha memukul dari samping badan, dan kemudian berusaha memukul di atas kepala.
11.    Berenang
Berenang merupakan kegiatan yang bisa dilakukan anak kecil apabila mereka memperoleh kesempatan untuk membiasakan diri bermain-main di air. Pada anak-anak yang sejak kecil biasa bermain di air seperti halnya anak-anak yang tinggal di pesisir, di dekat sungai, atau di dekat telaga, kebanyakan mereka sudah bisa berenang pada usia kurang lebih 5 tahun. Meskipun mereka tidak mendapatkan pelajaran berenang secara formal, namun karena kebiasaan sehari-hari bermain di air mereka menjadi bisa berenang.
Pada anak kecil yang tidak biasa bermain-main di air, umumnya tidak bisa berenang. Apabila sekali-sekali mereka diajak ke kolam renang misalnya, mereka lebih senang sekedar bermain-main dari pada untuk belajar berenang.
Berenang sebenarnya sudah bisa diajarkan pada anak kecil, dan pada usia kurang lebih 3 tahun sudah bisa melakukannya, tentunya apabila cara mengajarnya benar. Sifat perkembangan fisik pada awal masa anak kecil memungkan untuk bisa berenang. Pada usia kurang lebih 2 tahun, kandungan lemak tubuh relatif masih cukup besar. Ini memudahkan untuk mengapung, demikian juga kaki yang masih pendek tidak menambah beban yang bisa menyebabkan daya apung berkurang.

E.  Minat Melakukan Aktivitas Fisik
Setelah anak bisa berjalan sendiri, semakin besarlah minatnya untuk melakukan aktivitas fisik. Bisa diamati pada kehidupan anak kecil, pada umumnya mereka tidak mau diam atau selalu aktif berbuat sesuatu. Umumnya anak kecil suka berjalan kian kemari, untuk menjelajahi lingkungan sekitarnya, dan memegang aatau mengambil segala sesuatu yang bisa dipegang atau diambilnya untuk digunakan sebagai mainan. Apabila ia ingin mengambil sesuatu dan ternyata tidak mampu untuk menjangkaunya karena berada pada tempat yang agak tinggi, ia akan berusaha dengan memanjat apa yang ada di dekatnya atau menarik apa saja yang bisa ditariknya. Anak kecil suka sekali memanjat kursi, bangku atau perabot rumah tangga lainnya. Unsur kehati-hatian dan kemampuan mengontrol tubuh masih belum baik sehingga sering sekali ia jatuh atau memecahkan barang-barang yang sempat dipegangnya. Keadaan seperti itu terjadi pada awal masa anak kecil. Mendekati usia 6 tahun kontrol tubuh sudah semakin baik.
Selepas masa bayi, periode waktu yang digunakan untuk tidur semakin berkurang. Dengan demikian, kesempatan melakukan aktivitassemakin besar. Kesempatan yang makin besar sangat menguntungkan untuk pengembangan keterampilannya. Pada waktu tidak tidur anak kecil selalu aktif berbuat sesuatu.
Kemampuan anak kecil untuk memusatkan perhatiannya didalam melakukan aktivitas tertentu masih terbatas. Perhatiannya masih mudah beralih pada sesuatu yang lain. Anak kecil tidak akan tahan berlama-lama memerhatikan suatu objek atau kegiatan tertentu. Mereka lebih senang memerhatikan objek secara bergantian. Jemu memerhatikan sesuatu, akan beralih memerhatikan yang lain. Anak kecil mempunyai sifat imajinatif, imitatif, dan rasa ingin tahunya besar. Imajinatif artinya suka membayangkan sesuatu, imitatif suka meniru.
Anak kecil umumnya menyenangi ativitas berirama atau aktivitas ritmik. Mereka senang melakukan gerak-gerak berirama mengikuti irama lagu atau sambil bernyanyi. Pada awal masa anak kecil, sering bisa dilihat anak begitu mendengar suara lagu kemudian menggerak-gerakkan tangannya seperti gerakan menari atau menggerak-gerakkan kepalanya mengikuti irama lagu yang didengar.
Sifat individualistik dan egosentrik cukup menonjol dalam diri anak kecil. Sifat-sifat ini tampak dimana anak kecil masin suka menangnya sendiri. Sering dijumpai anak kecil rebutan mainan, meskipun bukan mainannya sendiri. Jika tidak berhasil maka akan menangis untuk memperoleh perhatian sehingga mendapatkan apa yang ia inginkan.

F.   Aktivitas yang Diperlukan Anak Kecil
Agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki perlu diperhatikan sifat pertumbuhan dan perkembangan yang ada pada mereka. Sifat-sifat tersebut digunakan sebagai pertimbangan dalam upaya memberikan kondisi yang sesuai bagi anak-anak dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Sesuai dengan sifat –sifat pertumbuhan, perkembangan, serta minat dalam melakukan aktivitas, berbagai pengalaman yang perlu diberikan pada anak kecil adalah sebagai berikut:
1.      Aktivitas fisik yang cukup, yang memerlukan penggunaan otot-otot besar, misalnya otot kaki, lengan, dan bahu. Misalnya berlarian, memanjat, berguling, merangkak.
2.      Permainan sederhana yang hanya memerlukan penjelasan sedikit, pengorganisasian yang sederhana, dan tidak terlalu lama pada setiap macam permainan. Misalnya permainan sembunyi-sembunyian.
3.      Kesempatan mencoba-coba berbuat sesuatu dan meniru gerakan-gerakan. Misalnya berjalan menirukan gerak binatang.
4.      Belajar bekerjasama dan dan barusaha bersama dengan teman-temannya. Misalnya bermain bola dalam kelompok.
5.      Kesempatan menggunakan sarana bermain dengan berbagai ukuran. Misalnya bermain bola yang berbeda-beda ukuran.
Di dalam anak kecil melakukan aktivitas bermain, peran orang dewasa sangat diperlukan, terutama untuk mengawasi keselamatannya. Kemampuan anak kecil untuk mengontrol tubuhnya masih belum baik, karena itu masih perlu pengawasan. Namun, perlu diingat bahwa sifat individualistik dan egosentik yang ada pada anak kecil menjadikan mereka tidak senang terlalu dicampuri atau terlalu diatur apabila sedang beraktivitas.



























BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Perkembangan gerak anak kecil merupakan kelanjutan dari perkembangan gerak yang telah terjadi pada masa bayi. Pada akhir masa bayi, anak mulai bisa berjalan sendiri, memegang suatu objek dan memainkannya secara sederhana. Dengan mulainya anak bisa berjalan dan memainkan suatu objek walaupun baru secara sederhana, kemampuan tersebut menjadi modal perkembangan selanjutnya. Dengan modal kemampuan gerak tersebut, telah memungkinkan bagi anak untuk melakukan aktivitas fisik untuk menejelajahi ruang lebih luas. Anak bisa berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dan bisa mengambil sesuatu untuk kemudian menggunakannya untuk bermain-main. Kemungkinan melakukan aktivitas seperti tersebut sengat menntukan perkembangan gerak selanjutnya.
Bagi anak kecil aktivitas gerak fisik dan pengalaman yang diperoleh di dalamnya bukan hanya bermanfaat untuk perkembangan fisik, perkembangan fungsi organ-organ tubuh, dan perkembangan kemampuan gerak, melainkan juga bermanfaat untuk perkembangan intelektualnya. Sebelum mampu membaca, menulis, dan berhitung anak kecil akan lebih banyak mengekspresikan buah pikirannya melalui aktivitas fisik.

B.  Saran
Di dalam anak kecil melakukan aktivitas bermain, peran orang dewasa sangat diperlukan, terutama untuk mengawasi keselamatannya. Kemampuan anak kecil untuk mengontrol tubuhnya masih belum baik, karena itu masih perlu pengawasan. Namun, perlu diingat bahwa sifat individualistik dan egosentik yang ada pada anak kecil menjadikan mereka tidak senang terlalu dicampuri atau terlalu diatur apabila sedang beraktivitas.